MAKALAH PENYAKIT GONOREA CLAMDIYA TRICHOMONIASIS SIPILIS VAGINOSIS BAKTERIAL CANDIDIASIS KANDILOMA AKUMINATA


 MAKALAH PENYAKIT GONOREA, CLAMDIYA, TRICHOMONIASIS, SIPILIS, VAGINOSIS BAKTERIAL, CANDIDIASIS DAN KANDILOMA AKUMINATA


1.Gonorrhea

1). Pengertian dan Klasifikasi
Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris: gonorrhea atau gonorrhoea) adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. (Daili, Sjaiful Fahmi, 2010)
Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi. Gonore merupakan penyakit infeksi yang menyerang lapisan epitel (lapisan paling atas dari suatu jaringan). Bila tidak diobati, infeksi ini akan menyebar ke jaringan yang lebih dalam.[1] Biasanya membentuk koloni di daerah mukosa, orofaring, dan anogenital.[2]
Gonore, infeksi epitel kolumner dan transisional disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, adalah penyakit menular yang paling sering dilaporkan di Amerika Serikat.Tempat anatomik yang dapat terinfeksi langsung oleh gonokokus adalah uretra, rectum, konjungtiva, faring dan endoserviks.Penyulit local adalah endometritis, salpingitis, peritonitis dan bartolinitis pada perempuan dan abses periuretra dan epididimitis pada laki – laki.Manifestasi sistemik pada gonokoksemia adalah arthritis, dermatitis, endokarditis, dan meningitis serta mioperikarditis dan hepatitis.(Holmes, King K,& Stephen A. Morse, 2000)

2). Tanda Dan Gejala

Gejala gonore pada laki-laki

Sebagian besar laki-laki mungkin tidak akan menyadari gejala bahwa ia telah menginap gonore, karena beberapa laki-laki memang tidak mendapatkan gejalanya. Gejala yang paling umum dan paling pertama dikenali adalah rasa panas atau terbakar ketika buang air kecil. Setelah itu akan diikuti oleh gejala lainnya berupa:
  • Frekuensi buang air kecil yang cukup sering
  • Keluarnya nanah dari penis (tetesan cairan) berwarna putih, kuning, krem atau kehijau-hijauan)
  • Bengkak dan kemerahan bukaan penis
  • Bengkak atau nyeri pada testis
  • Sakit tenggorokan yang datang terus-menerus
Ketika telah diobati, infeksi ini mungkin masih akan bertahan di tubuh selama beberapa hari. Pada kasus yang jarang ditemui, gonore dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh, khususnya urethra dan testis. Rasa nyeri juga dapat dirasakan hingga ke rektum.

Gejala gonore pada perempuan

Beberapa perempuan sulit mengidentifikasi gejala gonore ini, sebab gejala yang muncul ada kemiripan dengan infeksi lain. Gejala gonore pada perempuan tidak terbentuk dengan jelas, seperti infeksi jamur vagina pada umumnya, sehingga beberapa perempuan salah menebak infeksi yang diidapnya. Berikut ini adalah beberapa gejala yang muncul pada perempuan:
  • Keluar cairan dari vagina (berair, menyerupai krim, sedikit kehijauan)
  • Ketika buang air kecil, adanya sensasi nyeri dan rasa panas
  • Frekuensi buang air kecil yang cukup sering
  • Munculnya bercak darah atau perdarahan saat tidak sedang menstruasi
  • Rasa nyeri ketika melakukan hubungan seksual
  • Rasa nyeri juga dirasakan pada perut bagian bawah atau nyeri panggul
  • Bengkak pada vulva
  • Rasa terbakar atau panas di tenggorokan (ketika sudah melakukan oral seks)
  • Demam
ada pria, gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra dan beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih (kencing) serta keluarnya nanah dari penis. Sedangkan pada wanita, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi. Penderita sering kali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan, dan diketahui menderita penyakit tersebut hanya setelah pasangan hubungan seksualnya tertular. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina, dan demam. Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual.
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seks melalui anus (seks anal) dapat menderita gonore pada rektumnya. Penderita akan merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar, serta tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah.
Hubungan seksual melalui mulut seks oral dengan seorang penderita gonore biasanya akan menyebabkan gonore pada tenggorokan (faringitis gonokokal). Umumnya, infeksi tersebut tidak menimbulkan gejala, namun kadang-kadang menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan untuk menelan.
Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata, maka bisa menyebabkan terjadinya infeksi mata luar (konjungtivitis gonore). Bayi yang baru lahir juga bisa terinfeksi gonore dari ibunya selama proses persalinan sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar nanah. Jika infeksi itu tidak diobati, maka akan menimbulkan kebutaan
3). Etiologi dan Faktor Risiko
a. Etiologi
Penyebab gonore adalah Neisseria gonorrhoeae atau disebut juga gonokok yang di temukan oleh NEISSER pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Neisseria dikenal ada 4 spesies yaitu N.gonorrhoeae dan N.meningitis yang bersifat patogen dan N.catarrhalis dan N.pharingitis sicca yang bersifat komensal. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi. (Daili, 2010)
Gonokok termasuk golongan Diplokok, berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 μ dan panjang 1,6 μ, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram bersifat Gram negatif, ditemukan diluar dan dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 39° C, dan tidak tahan zat desinfektan. (Daili, 2010)
Morfologi gonokokkus terdiri dari 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang. (Daili, 2010)
Struktur permukaan N. gonorrhoeaemeliputi :
a.       Pili
Pili adalah anggota badan yang seperti rambut yang menjulur keluar beberapa u mikrometer dari permukaan gonokokus. Struktur ini berfungsi untuk menempel pada sel pejamu dan resistan fagositosis. Struktur ini tersusun atas tumpukan protein pilin. Rangkain asam amino bagian tengah berperan dalam perlekatan organisme ke sel pejamu dan kurang berperan pada respon imun. (Brooks, Geo F., Janet S. Butel, & Stephen A. Morse, 2007)
b.      Por
Por menjulur dari membran sel gonokokkus. Struktur ini muncul dalam trimers untuk membentuk pori – pori pada permukaan, tempat beberapa nutrien memasuki sel. (Brooks, 2007)
c.       Opa
Protein ini berfungsi pada adhesi gonokokus di dalam koloni dan pada perlekatan gonokokus ke sel pejamu. Suatu strain gonokokus dapat mengekspresikan satu, dua, kadang – kadang tiga tipe Opa atau tidak sama sekali, meskipun setiap strain mempunyai sepuluh atau lebih gen untuk Opa yang berbeda. (Brooks,2007)
d.      RMP
RMP berhubungan dengan Por dalam pembentukan pori – pori pada membran sel. (Brooks,2007)
e.       Lipooligasakarida
Dalam meniru bentuk molekulnya, gonokokus membentuk molekul LOS yang secara struktural mirip dengan membran sel glikosfingolipid manusia. Adanya struktur tersebut pada permukaan gonokokus yang struktur permukaannya sama dengan manusia membantu gonokokus agar tidak dikenali oleh sistem imun. (Brooks, 2007)
b. Faktor Resiko
Factor resikonya antara lain
·         Hubungan seksual baik malui vaginal, oral, dan anal
·         Alat yang terkontaminasi seperti handuk
·         Narkoba
·         faktor psikologi seseorang yang tidak stabil sehingga dalam berhubungan seksual tanpa memikirkan keadaan kesehatan. Misalnya melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom / pil kontrasepsi.
·         Bergonta-ganti pasangan
·         latar belakang kurangnya pengetahuan mengenai seluk beluk dari infeksi menular seksual.


4). Patofisiologi
Patofisiologi gonorrhea, dikenal juga sebagai gonore atau gonorea, terjadi melalui penyebaran bakteri Neisseria gonorrhoeae melalui penularan secara kontak seksual atau melalui jalan lahir. Bakteri tersebut akan menyebabkan infeksi purulen pada membran mukosa.
Kuman penyebab gonorrhea masuk ke dalam tubuh dengan karakteristik yang berbeda-beda pada protein yang terdapat di permukaan masing-masing kuman, subtipe tertentu dapat menghindari respon imun dan bahkan cenderung menyebabkan infeksi yang meluas (sistemik). Neisseria gonorrhoeae bersifat patogen, dipengaruhi oleh keberadaan fili pada permukaannya, yakni berupa rambut halus di permukaan membran. Fili tersebut mencegah fagositosis oleh neutrofil, dan juga mengandung IgA protease yang mencerna IgA pada permukaan mukosa, baik pada uretra, tuba falopi serta endoserviks, sehingga dapat menempel dan menyebabkan reaksi inflamasi yang mencetuskan timbulnya eksudat purulen.
Pada kehamilan, bakteri Neisseria gonorrhoeae dapat ditransmisikan kepada bayi pada saat persalinan, yang umumnya menyebabkan inflamasi supuratif pada konjungtiva mata.[1,4,5]

Referensi

1. Medscape, Gonorrhea, Oktober 2016. Didapat dari: http://emedicine.medscape.com/article/218059-overview#a1
4. British Medical Journal, Gonorrhoea Infection-Pathophysiology.2017. Didapat dari: http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/51/basics/pathophysiology.html
5. Tulane University School of Medicine, Pathogenesis of Gonorrhea. Didapat dari: https://www2.tulane.edu/som/departments/pathology/pathogengono.cfm

5). Komplikasi             
Gonore dapat menimbulkan komplikasi jika tidak diobati, baik itu pada pria, wanita, maupun bayi. Komplikasi gonore yang dapat muncul pada pria antara lain:
·           Epididimitis
·           Luka pada saluran kencing
·           Terdapat nanah di dalam penis
·           Mandul.
Wanita lebih rentan mengalami komplikasi gonore dibanding pria, karena sering kali tidak bergejala sehingga tidak diobati. Beberapa komplikasi akibat gonore pada wanita adalah:
·           Penyakit radang panggul
·           Sumbatan pada saluran telur (tuba falopi), yang memicu munculnya kehamilan ektopik
·           Kemandul
Gonore juga dapat menyebabkan komplikasi pada bayi, mulai dari kulit kering dan bersisik, rentan terserang penyakit, hingga kebutaan.
Penyakit gonore dapat berkaitan dengan infeksi HIV, karena sama-sama menular melalui hubungan intim. Bila Anda menderita gonore, sebaiknya lakukan juga skrining terhadap penyakit HIV.  US Department Of Health and Human Services(2016). Center For Disease Control and Prevention. Gonorrhea - CDC Fact Sheet (Detailed Version).

6). Diagnosis dan penatalaksanaan
a. Diagnosis
Diagnosis gonorrhea, juga dikenal sebagai gonore atau gonorea, berdasarkan riwayat hubungan seksual yang tidak terproteksi atau berisiko, baik secara vaginal, aral, maupun oral, disertai gejala berupa cairan purulen yang timbul dari area tubuh yang terpengaruh. Pemeriksaan penunjang gonorrhea berupa pemeriksaan mikroskopik melalui pemeriksaan gram dan pemeriksaan polymerase chain reaction.

Anamnesis
Hal yang harus ditanyakan saat anamnesis adalah riwayat hubungan seksual yang tidak terproteksi atau perilaku hubungan seksual berisiko, seperti berganti-ganti pasangan, laki-laki seks laki-laki (LSL), atau biseksual. Dokter juga harus menanyakan mengenai riwayat menderita infeksi menular seksual sebelumnya, serta menanyakan mengenai keluhan-keluhan berikut:
  • Sekret vagina/uretra/anal
  • Disuria
  • Pendarahan intermenstrual
  • Dispareunia
  • Demam
  • Edema genitalia eksterna
  • Nyeri ereksi
  • Nyeri perut bawah

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik gonorrhea dibedakan antara pria dan wanita.
Pria
Pada pria, dilakukan inspeksi dan palpasi untuk melihat adanya nyeri testikuler, pembengkakan pada testis, edema, nyeri sentuh, munculnya sekret atau discharge berwarna putih kekuningan pada penis.
Wanita
Pemeriksaan fisik pada wanita dimulai dengan inspeksi dari genitalia eksterna yakni bagian klitoris dan labia. Perhatikan adanya edema atau tanda inflamasi, adanya sekret. Pemeriksaan fisik dilanjutkan dengan pemeriksaan inspekulo (hindari penggunaan jelly lubrikan, karena dapat menghancurkan bakteri Neisseria. gonorrhoeae). Perhatikan mukosa dinding vagina dan serviks dan tanda-tanda inflamasi. Permukaan serviks dapat tampak hiperemis, erosif, dengan disertai adanya eksudat mukopurulen. Pada dinding vagina, dapat terlihat sekret yang menempel atau mengalir, disertai nyeri dan aroma tidak sedap.

Infeksi Regio Ekstragenital
Pasien yang dicurigai gonorrhea juga perlu diperiksa akan adanya infeksi pada regio ekstragenital seperti:
  • Proktitis et causa gonorrhea, dengan tanda sekret mukopurulen dari anus
  • Faringitis et causa gonorrhea, adanya faring hiperemis dan memiliki sekret/eksudat, dapat disertai dengan pembengkakan kelenjar limfe regio servikal anterior
  • Konjungtivitis gonokokus, dapat timbul dengan sekret putih kekuningan pada mata

Diagnosis Banding
Diagnosis banding gonorrhea adalah sebagai berikut:
  • Infeksi saluran kemih
  • Uretritis nonspesifik seperti klamidia atau herpes simpleks
  • Servisitis nongonokokus
  • Abses perianal
  • Faringitis
  • Konjungtivitis nongonokokus

Pemeriksaan Penunjang
Pengambilan sampel berupa sekret atau duh tubuh diambil melalui tindakan swab pada bagian tubuh yang mengalami keluhan, untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan:\

Pewarnaan Gram
Pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan Gram merupakan pemeriksaan paling umum dan mudah dilakukan, dengan hasil positif ditemukannya bakteri diplokokus gram negatif intraseluler.

Kultur
Pembiakan bakteri dari sampel yang ada, untuk mendapatkan hasil yang lebih spesifik, dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan sensitivitas/resistensi pengobatan terutama antibiotik, sangat bermanfaat bagi pasien yang telah mendapat penanganan namun tidak terjadi perbaikan kondisi secara optimal.

PCR (Polymerase Chain Reaction) Assay
PCR merupakan jenis pemeriksaan yang sangat sensitif dalam membantu menegakkan diagnosa.[1,6,7]

Referensi

1.      Medscape, Gonorrhea, Oktober 2016. Didapat dari:
2.      http://emedicine.medscape.com/article/218059-overview#a1
6. British Medical Journal, Gonorrhoea Infekction-Diagnosis. 2017. Didapat dari: http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/51/diagnosis/step-by-step.html
7. Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksua.l 2011

 

Penatalaksanaan Gonorrhea

Penatalaksanaan gonorrhea, nama lain gonore atau gonorea, dewasa ini tidak dapat dianggap enteng akibat pilihan regimen terapi yang semakin sempit. Hal ini diakibatkan oleh semakin meningkatnya tingkat resistensi kuman Neisseria gonorrhoeae terhadap antibiotik.



2.  CLAMIDYA

1.)    Pengertian dan Klasifikasi
Klamidia atau chlamydia adalah infeksi menular seksual  yang disebabkan oleh bakteri bernama Chlamydia trachomatis. Penyakit ini bisa menyerang baik pria maupun wanita melalui kontak seksual.
Klamidia dapat menginfeksi serviks (leher rahim), anus, saluran kencing, mata, dan tenggorokan. Penyakit ini termasuk yang tidak begitu sulit diobati jika langsung ditangani di masa-masa awal kemunculannya. Namun, jika dibiarkan chlamydia bisa menyebabkan masalah kesehatan serius.
Pasalnya, penyakit kelamin ini bisa menyebabkan kerusakan serius dan permanen pada sistem reproduksi wanita. Akibatnya, wanita yang terserang chlamydia berisiko sulit hamil.
2.)    Tanda dan Gejala
Chlamydia termasuk ke dalam infeksi menular seksual yang jarang disadari. Pasalnya, penyakit ini sering kali tidak menunjukkan tanda dan gejal di awal kemunculannya.
Tanda dan gejala biasanya muncul satu hingga dua minggu setelah terpapar infeksi. Namun tanda ini pun sering kali ringan dan hilang begitu saja sehingga tak begitu dihiraukan.
Adapun berbagai tanda dan gejala yang biasanya muncul akan berbeda pada pria dan wanita, berikut selengkapnya:

Gejala klamidia pada wanita

  • Sakit perut bawah
  • Keputihan yang jauh lebih banyak dari biasanya dengan warna yang cenderung kuning serta berbau busuk
  • Perdarahan yang terjadi di antara siklus haid
  • Demam ringan
  • Sakit saat seks
  • Perdarahan setelah berhubungan seks
  • Rasa terbakar saat buang air kecil
  • Buang air kecil lebih sering
  • Pembengkakan di vagina atau sekitar anus
  • Iritasi di rektum

Gejala klamidia pada pria

  • Rasa sakit dan terbakar saat buang air kecil
  • Penis mengeluarkan cairan berupa nanah, cairan yang encer, atau putih dan kental seperti susu
  • Testis bengkak dan nyeri saat ditekan
  • Iritasi pada rektum

Berbagai gejala ini tidak selalu muncul pada orang yang terinfeksi klamidia. Ada orang yang bahkan tidak memiliki gejala sama sekali. Jika Anda mengalami satu atau lebih gejala, termasuk yang tidak disebutkan di atas, segera konsultasikan ke dokter.
3.)    Etiologi dan Faktor Risiko
Etiologi klamidia, atau dikenal sebagai klamidiasis, disebabkan oleh Chlamydia trachomatis, bakteri gram negatif yang hidup sebagai parasit obligat intraseluler yang dapat ditransmisikan secara seksual. Transmisi bakteri juga dapat terjadi secara vertikal dari ibu pada anak saat proses persalinan.

Faktor Risiko Chlamydia

Berikut ini faktor risiko yang menyebabkan seseorang terkena chlamydia:
·         Pernah mengidap penyakit menular seksual.
·         Memiliki lebih dari satu pasangan seksual/berganti-ganti pasangan.
·         Berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom.
·         Aktif secara seksual sebelum usia 18 tahun.
4.)  Patofisiologi
Patofisiologi klamidia, yang secara medis dikenal sebagai klamidiasis, pada fase awal akan akan memasuki sel dan membentuk badan inklusi yang menjadi badan dasar dari perkembangan organisme ini. Setelah proses maturasi berjalan sempurna, sel-sel tersebut akan ruptur dalam 2-3 hari, dan kemudian masuk ke dalam sel-sel lain untuk melanjutkan proses replikasi. Akibat dari siklus kehidupan organisme ini, Chlamydia trachomatis, tidak dapat dikultur pada media artifisial.
Infeksi C. trachomatis pada sel epitel menyebabkan respon awal berupa infiltrasi neutrofil, yang diikuti dengan invasi limfosit, makrofag, sel-sel plasma dan eosinofil.
Masa inkubasi dari infeksi klamidia umumnya berkisar antara 7-21 hari. Walau infeksi tersering terjadi pada traktus genitalia, infeksi ekstragenital juga dapat terjadi. Infeksi pada umumnya akan menyebabkan inflamasi pada uretra (pria) atau serviks (wanita). Sekitar 50% pria yang terinfeksi dan 80% wanita yang terinfeksi tidak menyadarinya karena asimtomatik.[8,9]
8. Medscape. ChlamydiaGenitourinary Infection-Pathophysiology. Oktober 2016. Didapat dari: http://emedicine.medscape.com/article/214823-overview#a3
9. BMJ, Genital Tract Chlamydia Infection-Pathophysiology. 2017. Didapat dari: http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/52/basics/pathophysiology.html
5.)  Komplikasi
Berikut ini adalah beberapa komplikasi klamidia yang sering ditemukan pada penderitanya:
  • Infeksi penyakit menular seksual lainnya. Penderita klamidia berisiko tinggi untuk juga terinfeksi gonore dan HIV, virus yang menyebabkan AIDS. Infeksi menular seksual terutama AIDS adalah penyakit asiptomatis, yaitu tidak adanya gejala dan bisa menular berbarengan dengan penyakit menular seksual lainnya. Sehingga, sangat bijak jika Anda juga memeriksakan kemungkinan terinfeksi penyakit lainnya.
  • Penyakit radang panggul. Penyakit ini merupakan infeksi pada rahim dan saluran telur yang menyebabkan rasa nyeri di sekitar panggul yang disertai dengan demam. Infeksi yang parah membuat pasien klamidia harus menjalani rawat inap di rumah sakit agar dapat diobati dengan antibiotik melalui jalur intravena. Penyakit radang panggul ini bisa merusak tuba falopi dan ovarium maupun rahim, termasuk leher rahim. Oleh karena itu, komplikasi dari penyakit ini dapat menyebabkan infertilitas. Dan apabila infeksi mencapai aliran darah dan menyebabkan sepsis, maka berpotensi menyebabkan kematian.
  • Infeksi di epididimitis. Infeksi klamidia dapat menyebar ke saluran melingkar yang terletak di samping masing-masing testis atau disebut juga epididimitis. Gejala yang berkembang dari infeksi ini antara lain adalah demam, nyeri skrotum kantung testis, dan pembengkakan pada testis dan skrotum.
  • Infeksi kelenjar prostat. Bakteri penyebab klamidia dapat menyebar hingga ke kelenjar prostat pria. Infeksi di kelenjar prostat atau prostatitis dapat menimbulkan rasa sakit selama atau setelah berhubungan seks dikarenakan prostat adalah organ yang berfungsi mensekresikan semen ketika ejakulasi. Rasa sakit ini juga disertai dengan demam dan menggigil, nyeri saat buang air kecil, dan nyeri punggung bawah.
  • Infeksi pada bayi yang baru lahir. Seorang ibu hamil yang terinfeksi klamidia dapat menularkan penyakit ini ke bayi yang berada dalam kandungannya. Komplikasi klamidia pada bayi yang baru lahir dapat berupa pneumonia atau infeksi mata berat.
  • Infertilitas. Komplikasi lainnya yang disebabkan oleh klamidia mungkin tidak berdampak pada kesehatan penderitanya sehari-hari. Akan tetapi, penyakit menular seksual ini dapat menimbulkan jaringan parut dan obstruksi di saluran tuba. Saluran tuba adalah saluran yang menghubungkan inding telur dan rahim. Saluran ini adalah tempat sel telur keluar menuju rahim untuk dibuahi oleh sel sperma. Kondisi ini dapat mengganggu kesuburan wanita.
  • Reactive athritis. Dikenal juga dengan nama Sindrom Reiter, umumnya mempengaruhi sendi lutut dan panggul.
  • Bartholinitis. Kondisi dimana kelenjar bartholin, yang memproduksi cairan pelumas saat wanita berhubungan seksual, membengkak. Kista kelenjar bartholin bisa terjadi ketika kelenjar terinfeksi. Selain itu, kondisi ini bisa menyebabkan abses yang sakit bila disentuh dan berwarna kemerahan.
Untuk menghindari sejumlah komplikasi klamidia di atas, pasien harus tanggap terhadap gejala yang dialami dan segera mencari pengobatan medis yang tepat. Komplikasi-komplikasi ini biasa terjadi ketika seorang pasien klamidia tidak sadar atau menganggap remeh infeksi penyakit menular seksual tersebut dan tidak mendapatkan pengobatan yang tepat dan tuntas untuk mengatasi infeksi klamidia tersebut.
6.)    Diagnosa dan Penatalaksanaan
Diagnosa
Ketika Anda memiliki kecurigaan timbulnya gejala klamidia, maka sebaiknya segera periksakan diri Anda ke dokter. Diagnosis klamidia yang akurat biasanya dilakukan dengan sejumlah tes pemeriksaan di laboratorium patologi anatomi.
Diagnosa pasti dari infeksi klamidia didapatkan hanya melalui pemeriksaan laboratorium untuk mendapatkan bukti bahwa bakteri Chlamydia trachomatis ada di sampel dari vagina atau urethra pasa pria, atau bisa juga dari pemeriksaan urin penderita.
Sebelumnya, dokter akan menanyakan secara detail mengenai gejala yang Anda rasakan atau menanyakan sejumlah faktor untuk menemukan penyebab klamidia yang Anda alami. Ketika Anda datang kepada dokter untuk memeriksakan apakah Anda terinfeksi klamidia, maka Anda akan diajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
  • Kapan gejala yang Anda alami timbul?
  • Apakah ada hal yang menyebabkan gejala tersebut membaik atau makin buruk?
  • Apakah ada obat-obatan yang Anda minum secara rutin?
  • Apakah Anda memiliki pasangan seksual baru atau memiliki pasangan seksual lebih dari satu?
  • Apakah Anda selalu menggunakan pengaman ketika melakukan hubungan seksual?
  • Apakah Anda mengalami rasa nyeri pada panggul?
  • Apakah Anda mengalami nyeri ketika buang air kecil?
  • Apakah Anda memiliki kelainan berupa luka pada kelamin atau adanya cairan yang keluar dari kelamin anda?
Mengingat tidak semua orang merasakan gejala klamidia dan seringkali tidak sadar bahwa sudah terinfeksi penyakit menular seksual ini, Centers for Disease Control and Prevention merekomendasikan beberapa orang dengan faktor-faktor berikut ini untuk melakukan pemeriksaan dini klamidia:
  • Wanita usia 25 tahun atau lebih muda yang aktif melakukan hubungan seksual. Tingkat infeksi klamidia tertinggi ada pada wanita muda yang kerap kali melakukan hubungan seksual, terutama jika berganti-ganti pasangan.
  • Wanita hamil harus menjalani tes klamidia terutama sebelum masa prenatal pertama. Jika anda memiliki beberapa faktor resiko penyebab klamidia, maka anda harus melakukan tes pada masa kehamilan untuk mencegah risiko bayi anda lahir dengan infeksi klamidia.
  • Wanita dan pria yang berisiko tinggi terkena klamidia wajib melakukan tes. Hal ini meliputi orang-orang yang kerap kali berganti-ganti pasangan saat melakukan hubungan seksual atau orang-orang yang tidak pernah menggunakan kondom.
Pada pria, tes klamidia ini menggunakan alat swab yang dimasukkan ke dalam ujung penis untuk mengambil sampel dari uretra, saluran terluar aliran urin. Sementara itu, diagnosa klamidia pada wanita juga bisa dilakukan dengan alat swab yang dimasukkan ke serviks untuk mendapatkan spesimen berupa cairan vagina dan sel permukaan vagina.
Bagaimana jika klamidia menginfeksi mata, anus, atau tenggorokan? Bila infeksi penyakit menular seksual ini menjangkit bagian mata, maka gunakan swab untuk mengumpulkan sel dari mata yang radang atau mengeluarkan cairan karena infeksi. Alat ini juga bisa digunakan di anus maupun tenggorokan bila penderita klamidia sering melakukan seks oral atau seks anal.
Kriteria diagnosa klamidia ini menjadi sangat akurat bila seluruh sampel diambil dari urin atau cairan di sekitar alat kelamin. Perlu Anda ketahui bahwa diagnosa klamidia tidak bisa dilakukan melalui tes sampel darah
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan infeksi klamidia sesuai dengan pedoman WHO adalah:
  • Azithromycin 1g, per oral, dosis tunggal
  • Doxycycline 100mg, per oral, dua kali sehari untuk tujuh hari

3.     TRICHOMONIASIS
1)       Pengertian dan Klasifikasi
Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual (PMS) yang menimbulkan gejala tidak nyaman berupa rasa gatal atau perih dan keluar cairan berbau tidak sedap dari bagian intim. Penyakit ini dapat menyerang baik pria maupun wanita, tapi wanita lebih rentan tertular. Pria dapat terkena penyakit ini dan menularkannya kepada pasangan melalui hubungan intim.
Trikomoniasis disebabkan oleh parasit yang disebut Trichomonas vaginalis (TV). Tidak semua pengidapnya akan mengalami gejala. Sebagian dari mereka yang terinfeksi parasit ini tidak mengalami gejala apa pun.
2)       Tanda dan Gejala 
Gejala trikomoniasis berkembang secara bertahap dalam waktu kira-kira sebulan setelah terkena infeksi. Pada wanita, trikomoniasis memberi dampak pada vagina dan saluran pembuangan urine atau uretra. Sedangkan pada pria, trikomoniasis menyerang uretra, area penis  seperti kulup dan kelenjar prostat. Gejala yang bisa dialami oleh wanita, antara lain:
·         Bagian perut bawah terasa sakit.
·         Muncul rasa sakit atau tidak nyaman saat buang air kecil atau berhubungan intim.
·         Cairan vagina yang diproduksi dalam jumlah lebih banyak dan bisa bertekstur kental, encer, atau berbusa. Keputihan bisa berwarna kekuningan atau kehijauan dan berbau amis.
·         Timbul rasa nyeri, bengkak dan gatal di area kewanitaan. Kadang gatal juga muncul di bagian paha dalam.
Sedangkan gejala yang bisa dialami oleh pria meliputi:
·         Frekuensi buang air kecil lebih sering dari biasanya, dan disertai rasa sakit.
·         Muncul cairan putih dari Mr P.
·         Muncul rasa sakit, bengkak, dan kemerahan di area ujung Mr P, bahkan dapat muncul saat ejakulasi.
3)         Etiologi dan Faktor Risiko
Penyebab trikomoniasis ialah Trichomonas vaginalis yang pertama kali ditemukan oleh Donne pada tahun 1836. Merupakan falgelata berbentuk filiformis, berukuran 15-18 mikron, mempunyai 4 flagela, dan bergerak seperti gelombang.1
Parasit ini berkembang biak secara belah pasang memanjang dan dapat hidup dalam suasana Ph 5-7,5. Pada suhu 50 akan mati dalam beberapa menit, tetapi pada suhu 0 dapat bertahan sampai 5 hari.1
Ada dua spesies lainnya yang dapat ditemukan pada manusia, yaitu T. tenax yang hidup di rongga mulut serta kadang di paru-paru dan Pentatrichomonas hominis yang hidup dalam kolon/usus, yang dianggap tidak patogen. 2
Faktor risiko trikomoniasis meliputi:
·         Memiliki banyak pasangan seksual.
·         Memiliki riwayat infeksi menular seksual lainnya.
·         Berhubungan intim tanpa kondom.
4)       Patofisiologi

T. Vaginalis adalah sekitar ukuran sel darah putih, sekitar 10-20m panjangnya dan 2-14m lebarnya. Meskipun ukurannya mungkin berbeda dengan kondisi fisik (lihat gambar di bawah). Dia memiliki 4 flagela yang memproyeksikan dari bagian anterior dari sel dan 1 flagela memperluas mundur ke tengah organisme, membentuk membran bergelombang. Sebuah axostyle, struktur kaku, memanjang dari aspek posterior organisme.
Pada wanita, T. Vaginalis terisolasi dari vagina, leher rahim, uretra, kandung kemih, serta kelenjar Bartholin dan Skene. Pada pria, organisme ini ditemukan dalam uretra anterior, genitalia eksterna, prostat, epididimis, dan semen (lihat gambar di bawah). Ini berada baik di lumen dan pada permukaan mukosa dari saluran urogenital. Flagela memungkinkan trofozoit untuk bergerak di sekitar jaringan vagina dan uretra.
T. vaginalis merusak sel epitel melalui kontak sel langsung dan dengan pelepasan zat sitotoksik. Hal ini juga mengikat protein plasma inang, denga cara mencegah pengenalan oleh komplemen jalur alternatif dan oleh proteinase inang. Selama infeksi, pH vagina bertambah, seperti halnya jumlah polymorphonuclear leukosit (PMN). PMN, sejenis sel darah putih, yang merupakan mekanisme pertahanan inang yang dominan. Sel-sel ini merespon zat kemotaktik yang dikeluarkan oleh trichomonas. Ada juga bukti bahwa terjadinya limfosit priming, seperti yang ditunjukkan oleh adanya sel mononuklear darah perifer-antigen spesifik. Sebuah respon antibodi telah terdeteksi baik lokal maupun dalam serum. Namun, infeksi menghasilkan kekebalan yang bersifat protektif parsial.
Meskipun interaksi sistem kekebalan tubuh manusia bersama dengan T. Vaginalis, ada sedikit bukti bahwa sistem kekebalan tubuh yang sehat mencegah infeksi. Satu studi menunjukkan tidak ada hubungan antara trikomoniasis dan penggunaan protease inhibitor atau status kekebalan pada perempuan yang terinfeksi HIV. Studi lain menunjukkan bahwa seropositif HIV tidak mengubah tingkat infeksi pada laki-laki.
Gejala trikomoniasis biasanya terjadi setelah masa inkubasi 4-28 hari. Infeksi dapat bertahan untuk waktu yang lama pada wanita tetapi umumnya berlangsung selama kurang dari 10 hari pada laki-laki. Bukti yang bersifat anekdot menunjukkan bahwa infeksi asimtomatik dapat bertahan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun pada wanita.

5)       Komplikasi
Wanita hamil yang terkena trikomoniasis mungkin akan mengalami komplikasi sebagai berikut:
  • Melahirkan sebelum waktunya atau prematur.
  • Melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah.
  • Menularkan infeksi tersebut pada bayi saat melahirkan.
  • Trikomoniasis juga membuat wanita lebih rentan terkena HIV.
6)       Diagnosa dan penatalaksanaan

Diagnosis trikomoniasis dapat dipastikan dengan melihat sampel cairan Miss V atau urine pada pria di bawah mikroskop. Namun, tes antigen dan amplifikasi asam nukleat lebih umum digunakan untuk mendiagnosis trikomoniasis sekarang.
Gejala klinis
Trikomoniasis pada wanita, yang diserang terutama dinding vagina, dapat bersifat akut maupun kronik. Pada kasus akut terlihat secret vagina seropurulen berwarna kekuning-kuningan, kining-hijau, berbau tidak enak (malodorous), dan berbusa. Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab. Kadang-kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks, yang tampak sebagai granulasi berwarna merah yang dikenal sebagai strawberry appearance dan disertai gejala dispareunia, perdarahan pascakoitus. Bila secret banyak yang keluar bisa timbul iritasi pada lipat paha atau sekitar genitalia eksterna. Selain vaginitis dapat pula terjadi uretritis, bartholinitis, skenitis, dan sistitis yang pada umumnya tanpa keluhan. Pada kasus yang kronik gejala lebih ringan dan secret vagina biasanya tidak berbusa.1
Trikomoniasis pada laki-laki, infeksi Trikomoniasis pada pria dengan gejala ringan terjadi pada saluran kemih , infeksi kelenjar prostat, vesika seminalis, dan saluran spermatozoa (epididimis) dan kadang-kadang preputium. Infeksi menahun sulit ditegakkan karena gejalanya ringan, tempat persembunyian Trichomonas Vaginalis ini adalah kelenjar sken. 5
      Pada umumnya gambaran klinis lebih ringan dibandingkan dengan wanita. Bentuk akut gejalanya mirip uretritis nongonore, misalnya disuria, poliuria, dan secret uretra mukoid atau mukopurulen. Urin biasanya jernih, tetapi kadang-kadang ada benang halus. Pada bentuk kronik gejalanya tidak khas; gatal pada uretra, disuria, dan urin keruh pada pagi hari.1
Pemeriksaan penunjang
      Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan spekulum, palpasi bimanual, uji pH duh vagina dan swab. Pada wanita, biasanya dikonfirmasi dengan sediaan basah oleh fase kontras  atau mikroskop, tetapi biasanya dalam Media Feinberg-Whittington memberikan hasil yang lebih baik. Di sisi lain, pada laki-laki, pemeriksaan disentrifugasi urin atau cairan prostat hanya sesekali positif. Mitra seksual harus selalu diperiksa pada kedua spesimen jenis kelamin diambil untuk menyingkirkan penyebab lain dari penyakit menular seksual.2
      Selain pemeriksaan langsung dengan mikroskopik sediaan basah dapat juga dilakukan pemeriksaan dengan pewarnaan Giemsa, akridin, oranye, Leishman, Gram, Papanicolau. Akan tetapi pengecatan tersebut dianggap sulit karena proses fiksasi dan pengecetan diduga dapat mengubah morfologi kuman.1
      Pada pembiakan pemilihan media merupakan hal penting, mengingat banyak jenis media yang digunakan. Media modifikasi Diamond, misalnya In Pouch TV digunakan secara luas dan menurut penelitian yang dilakukan media ini yang paling baik dan mudah didapat.1
PENATALAKSANAAN

Pengobatan dapat topical maupun sistemik :

1. Topikal
a. Bahan cairan berupa irigasi, misalnya hidrokarbon peroksida 1-2% dan larutan asam laktat.
b. Bahan berupa suposituria, bubuk yang bersifat trikomoniasidal.
c. Gel atau krim yang bersifat trikomoniasidal

2. Sistemik
Golongan obat Nitromidazol seperti :
1. Metronidazol : dosis tunggal 2gr atau 3 x 500mg/hari selama 7 hari.
2. Nimorazol : dosis tunggal 2gr
3. Tinidazol : dosis tunggal 2gr
4. Omidazol : dosis tunggal 1.5 gr

3. Anjuran pada waktu pengobatan
1. Pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasangan seksual untuk mencegah terjadinya infeksi pingpong.
2. Jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan dan sebelum dinyatakan sembuh.
3. Hindari barang-barang yang mudah menimbulkan transmisi.

Rejimen yang dianjurkan
Metronidazol 2 g dosis tunggal, peroral.
a. Pengobatan ini sangat efektif dengan angka keberhasilan antara 82- 90%
b. Pengobatan juga diberikan kepada pasangan seksualnya dengan rejimen yang sama
c. Jika pasangan seksual-nya diobati bersama-sama maka angka kesembuhan melebihi 95%. Angka reinfeksi 16-25% terjadi jika pasangan seksualnya tidak diobati
d. Penderita dan pasangan seksualnya dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual hingga dinyatakan sembuh

Rejimen alternatif
a. Metronidazol 500 mg, 2 kali sehari selama 7 hari. Rejimen ini dianjurkan untuk penderita yang tidak sembuh dengan pengobatan dosis tunggal

b. Metronidazol 2 g dosis tunggal selama 3-5 hari. Di- anjurkan untuk penderita yang gagal dengan pengobatan ulangan
c. Rejimen metronidazol multidosis selama 7 hari sangat efektif untuk penderita pria
d. Metronidazol 250 mg, 3 kali sehari selama 7 hari
e. Metronidazol 1 g, 2 kali sehari selama 1-2 hari
f. Fenobarbital dan kortikosteroid akan menurunkan kadar metronidazol plasma dan akan menurunkan aktifitas metronidazol terhadap Trichomonas vaginalis, sedangkan cimetidine akan menaikan kadar metronidazol plasma
g. Kasus yang resisten secara klinis dapat diobati dengan dosis 2-4 g metronidazol selama 3-14 hari atau metronidazol 2 g peroral setiap hari disertai 500 mg yang diberikan intravagina

4.     SIPILIS

1)       Pengertian dan Klasifikasi

Sifilis atau raja singa adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum yang disebarkan oleh kontak seksual (58,7%), narkoba suntik (17,5%), dan transmisi dari ibu ke janinnya (2,7%). Penyakit ini bermula dari luka yang tidak terasa nyeri – seringkali terdapat di area genitalia, rektum, atau mulut

2)       Tanda dan Gejala 
Ada lima tahapan untuk gejala penyakit sifilis, yaitu:

1.       Gejala pada Sifilis Primer

Gejala pada kondisi ini umumnya muncul berupa luka dengan 10 hingga 90 hari setelah bakteri masuk ke dalam tubuh. Pemulihannya memakan waktu sekitar 3 hingga 6 minggu.

2.       Gejala pada Sifilis Sekunder

Sifilis sekunder terjadi beberapa minggu setelah luka menghilang, dengan ruam yang terdapat di bagian tubuh manapun khususnya di telapak tangan dan kaki. Ditambah dengan penyakit flu, rasa lelah, sakit kepala, nyeri pada persendian dan demam umumnya menjadi contoh gejala lain yang dialami pengidap. Segera tangani sifilis sekunder dengan tepat, agar infeksi tak berlanjut ke tahap berikutnya.  

3.       Gejala pada Sifilis Laten

Sifilis laten terjadi tanpa gejala, tapi dalam 12 bulan pertama, infeksi masih bisa menular. Jika tidak ditangani, sifilis laten akan berubah menjadi sifilis tersier.

4.       Gejala pada Sifilis Tersier

Sifilis tersier merupakan sifilis yang paling berbahaya. Gejala yang dialami akan sangat dipengaruhi oleh bagian tubuh mana dimasuki bakteri sifilis. Sifilis tersier memiliki dampak terhadap mata, jantung, otak, pembuluh darah, tulang, persendian, dan juga hati. Hal tersebut menyebabkan pengidap akan mengalami kebutaan, penyakit jantung dan juga stroke akibat dari terjadinya infeksi menular seksual tersebut.

5.       Gejala pada Sifilis Kongenital

Jika sifilis terjadi kepada wanita hamil, maka janin wanita tersebut bisa juga tertular. Infeksi bisa ditularkan kepada janin jika seorang wanita hamil mengidap sifilis. Risiko tersebut bisa dikurangi dengan mengobati infeksi sifilis sebelum masa kehamilan mencapai 4 bulan. Jika penanganan dan pengobatan terlambat, ibu hamil tersebut akan terkena komplikasi. Komplikasi yang dimaksud bisa berupa bayi lahir prematur, keguguran, bayi lahir dengan sifilis, dan hilangnya nyawa bayi setelah dilahirkan.



3)       Etiologi dan Faktor Risiko
Etiologi dari sifilis adalah spiroseta Treponema pallidum yang masuk melalui mikroabrasi kulit atau membran mukosa yang intak. [3]

Treponema pallidum

Treponema pallidum berbentuk heliks, bersifat mikroaerofilik, memiliki panjang 6-20 µm dan diameter 0,1-0,18 µm, serta memiliki 2-3 flagella untuk motilitasnya. Ukurannya yang kecil membuat organisme ini tidak terlihat dengan mikroskop cahaya dan diidentifikasi melalui gerakan undulasi pada mikroskop lapangan gelap. Dari penelitian didapatkan organisme ini membelah setiap 30-33 jam secara in vivo. Treponema pallidum hanya dapat bertahan dalam waktu singkat di luar tubuh karena rendahnya kapasitas metabolisme, dan menurunnya viabilitas pada lingkungan yang memiliki suhu lebih tinggi dari temperatur tubuh. [5-7]
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Indonesia. Sifilis. In: Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit di Indonesia. 2017. Available from:
https://www.perdoski.id/buku/read/114-panduan-praktik-klinis

4)       Patofisiologi
Patofisiologi sifilis dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu sifilis yang didapat maupun sifilis kongenital. Perbedaan patofisiologi keduanya terdapat pada cara masuknya bakteri Treponema pallidum. Pada sifilis didapat, bakteri masuk melalui mukosa atau kulit, sedangkan pada sifilis kongenital, bakteri menembus sawar plasenta dan menginfeksi fetus. [1,3]

Sifilis Didapat

Treponema pallidum mula-mula masuk melalui mikroabrasi dermal atau membran mukosa yang intak. Hal ini akan menyebabkan munculnya lesi tunggal tidak nyeri (chancre) pada area inokulasi.  Dalam beberapa jam setelahnya bakteri akan masuk ke dalam aliran limfe dan darah yang kemudian menjadi infeksi sistemik. [1,5,6]
5)       Komplikasi

Komplikasi Sifilis

Komplikasi dapat timbul jika sipilis atau sifilis sudah memasuki tahap tersier. Komplikasi sifilis yang dapat terjadi antara lain:
  • Benjolan kecil atau gumma
    Kondisi ini bisa muncul di area kulit, tulang, hati, atau  organ lainnya.
  • Infeksi HIV
    Orang-orang yang menderita sifilis dan sering bergonti-ganti pasangan memiliki risiko terkena HIV dua kali lipat dari orang biasa.
  • Gangguan saraf
    Gangguan saraf yang dapat terjadi adalah impotensi, gangguan berkemih, gangguan pengelihatan, kehilangan pendengaran, stroke, atau meningitis.
  • Gangguan jantung
    Kelainan jantung yang dapat terjadi akibat sifilis adalah aneurisma aorta dan kerusakan katup jantung.
  • Komplikasi kehamilan
    Komplikasi yang dapat dialami ibu hamil antara lain keguguran, kematian janin dalam kandungan, atau kematian bayi beberapa saat setelah persaliinan.
                          
6)       Diagnosa dan penatalaksanaan
Diagnosis sifilis dapat ditegakkan dengan mencari gejala yang timbul seperti chancre dan condyloma lata, menggali faktor risiko pasien, dan melakukan pemeriksaan penunjang seperti VDRL. [1,4]

Anamnesis

Pada anamnesis perlu ditanyakan riwayat seksual dan sosial pasien. Pertanyaan meliputi jumlah pasangan seksual, penggunaan kondom, riwayat infeksi menular seksual pada pasien dan pasangannya, penggunaan napza, dan paparan terhadap produk darah. Tanyakan juga riwayat munculnya chancre yang sembuh sendiri pada daerah kelamin, anus, vulva, atau perineum. [1]
Penatalaksanaan sifilis utamanya adalah menggunakan injeksi benzil benzatin penicillin G secara intramuskular. [3]

Antibiotik

Antibiotik pilihan untuk sifilis adalah benzil benzatin penicillin G yang diberikan secara intramuskular. Rekomendasi dosis oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia adalah :

5.     VAGINOSIS BAKTERIAL

1)      Pengertian dan Klasifikasi
Vaginosis bakterialis (VB) atau Bacterial vaginosis (BV) merupakan salah satu penyakit yang cukup sering menyebabkan keputihan pada wanita usia produktif. Penyakit ini terjadi karena adanya infeksi pada vagina yang disebabkan oleh bakteri Gardnerella vaginalis. Selain bakteri ini, biasanya infeksi pada vaginosis bakterialis juga melibatkan bakteri-bakteri anaerob, yang paling sering adalah Bacteroides  dan Peptococcus. Pada jumlah yang berlebihan, ketiga bakteri ini akan bersimbiosis dan menimbulkan gejala.
Vaginosis bakterialis dapat mengenai wanita, baik yang sudah melakukan hubungan intim ataupun yang belum. Penyakit ini juga memiliki nama lain, seperti Haemophilus vaginalis vaginitis, Corynebacterium vaginale vaginitis, Gardnerella vaginalis vaginitis, dan Gardnerella vaginalis associated vaginitis.
2)    Tanda dan Gejala 
Tanda dan gejala bacterial vaginosis mungkin termasuk:

1. Keputihan berbau busuk

Keputihan berbau busuk adalah gejala dari bacterial vaginosis yang paling umum. Vagina yang telah terpengaruh oleh BV menunjukkan cairan keputihan yang berwarna putih susu, keabu-abuan, atau kuning, juga berbau amis sangat kuat — yang mungkin bertambah parah setelah berhubungan seks. Tekstur cairan keputihan juga mungkin terlihat berbusa atau berair.
Banyak hal yang dapat menyebabkan keputihan abnormal, termasuk beberapa jenis penyakit kelamin menular. Temui dokter Anda segera untuk menjalankan tes dan mendapatkan pengobatan yang tepat.

2. Nyeri saat buang air kecil

Nyeri saat buang air kecil adalah satu tanda umum dari infeksi saluran kandung kemih (ISK). ISK dapat disebabkan oleh infeksi bakteri — seperti bacterial vaginosis — atau peradangan pada saluran kandung kemih.
Ada beberapa kondisi medis lain yang dapat menyebabkan sensasi nyeri saat buang air kecil. Selain BV, Anda juga mungkin akan mengeluhkan kondisi yang sama jika Anda memiliki infeksi menular seksual, seperti herpes genital, gonore, atau klamidia.
Bahkan terkadang, sensasi nyeri dan terbakar tidak disebabkan oleh infeksi, melainkan dari penggunaan produk tertentu pada area genital. Sabun, lotion, dan busa mandi dapat mengiritasi jaringan vagina. Bahan kimia yang terkandung pada deterjen pencuci pakaian atau douche juga dapat menyebabkan rasa nyeri saat buang air kecil pada wanita-wanita yang sensitif.
Sangat penting untuk mendapatkan tes dan uji laboratorium di rumah sakit terdekat untuk mendiagnosis keluhan Anda, terutama jika Anda mengalami nyeri dan telah terlibat dalam hubungan seksual berisiko, misalnya seks tanpa kondom atau dengan pasangan lebih dari satu.

3. Vagina gatal dan iritasi

Keluhan vagina gatal umum ditemukan dalam kasus bacterial vaginosis. Vagina gatal merupakan gejala yang tidak nyaman, kadang menyakitkan, yang umumnya terjadi akibat iritan, infeksi, atau menopause. Kondisi ini juga dapat terjadi sebagai akibat dari gangguan kulit tertentu atau penyakit menular seksual. Pada kasus langka, vagina gatal mungkin timbul karena stres atau kanker vagina.
Sama halnya seperti BV, vagina gatal biasanya tidak harus menjadi suatu kekhawatiran. Namun, Anda harus temui dokter jika gatal-gatal terasa parah atau jika Anda mencurigai bahwa Anda menunjukkan gejala lain dari kondisi yang mendasarinya. Dokter dapat menentukan penyebab mengapa vagina Anda terasa gatal melalui pemeriksaan dan rangkaian uji laboratorium. Dokter juga dapat merekomedasikan pengobatan yang tepat untuk keluhan Anda.
Semua gejala di atas mungkin mirip dengan infeksi jamur vagina dan beberapa masalah kesehatan lainnya. Selain itu, banyak dari wanita yang mengidap BV dapat tidak menunjukkan tanda atau gejala apa pun.

3)    Etiologi dan Faktor Risiko 

Etiologi
Ekosistem vagina normal sangat komplek, laktobasilus merupakan spesies bakteri yang dominan (flora normal) pada vagina wanita usia subur, tetapi ada juga bakteri lain yaitu bakteri aerob dan anaerob. Pada saat VB muncul, terdapat pertumbuhan berlebihan dari beberapa spesies bakteri, dimana dalam keadaan normal ditemukan dalam konsentrasi rendah. Oleh karena itu VB dikategorikan sebagai salah satu infeksi endogen saluran reproduksi wanita. Diketahui ada 4 kategori dari bakteri vagina yang berkaitan dengan VB, yaitu : G.vaginalis, bakteri anaerob, M. hominis da mikroorganisme lainnya.11,12,14-16,19,20

1. G. vaginalis
G. vaginalis merupakan bakteri berbentuk batang gram negatif, tidak berkapsul dan nonmotile. Selama 30 tahun terakhir, berbagai literatur menyatakan G. vaginalis berkaitan dengan VB. Dengan media kultur yang lebih sensitif G. vaginalis dapat diisolasi pada wanita tanpa tanda- tanda infeksi vagina. G.vaginalis diisolasi sekitar >90 % pada wanita dengan VB. Saat ini dipercaya G.vaginalis berinteraksi dengan bakteri anaerob dan M.hominis menyebabkan VB. Gardner dan Duke juga mengisolasi organisme lain dan berkesimpulan bahwa G.vaginalis bukan merupakan penyebab satu – satunya VB.11-15,19

2. Bakteri anaerob
Kuman batang dan kokus anaerob pertama kali diisolasi dari vagina pada tahun 1897 dan dianggap berkaitan dengan sekret vagina oleh Curtis. Pada tahun 1980, Spiegel menganalisis cairan vagina dari 53 wanita dengan VB menggunakan kultur kuantitatif anaerob dan gas liquid chromatografi untuk mendeteksi metabolisme asam organik rantai pendek dari flora vagina. Ditemukan bacteroides sp (sekarang disebut provotella dan prophyromonas) sebesar 75% dan peptococcus (sekarang peptostreptococcus) sebesar 36% dari wanita dengan VB. Penemuan spesies anaerob berkaitan langsung dengan penurunan laktat dan peningkatan suksinat dan asetat pada cairan vagina. Spiegel menyimpulkan bahwa mikroorganisme anaerob berinteraksi dengan G.vaginalis dalam menyebabkan VB.11,12 Mikroorganisme anaerob lain yang dikatakan juga memiliki peranan dalam VB adalah Mobiluncus. Mobiluncus selalu terdapat bersamaan dengan mikroorganisme lain yang berhubungan dengan VB.11,12,14

3. Mycoplasma genital
Tylor – Robinson dan McCormack (1980) yang pertama kali berpendapat bahwa M.hominis berperan pada VB, bersimbiosis dengan G.vaginalis maupun organisme patogen lainnya. Pheifer dan dan kawan – kawan mendukung hipotesis ini dengan penemuan M. hominis pada 63 % wanita dengan VB dan 10 % pada wanita normal. Paavonen (1982) juga melaporkan hubungan dari VB dengan M.hominis dan G.vaginalis pada cairan vagina.15

4. Mikroorganisme lainnya
Wanita dengan VB tidak mempunyai peningkatan streptokokus grup B, stafilokokus koagulase negatif, tetapi mempunyai peningkatan yang bermakna dari bakteri yang merupakan karier vagina yaitu kelompok spesies streptococcus viridians, streptococcus asidominimus, dan stresptocccus morbilorum. Suatu analisis multivariat menemukan hubungan antara VB dengan empat kategori bakteri vagina yaitu ; Mobiluncus spesies, kuman batang gram negatif anaerob, G.vaginalis dan M.hominis. Prevalensi masing – masing mikroorganisme meningkat pada wanita dengan VB. Selain itu organisme – organisme tersebut ditemukan pada konsentrasi 100 – 1000 lebih besar pada wanita dengan VB dibandingkan pada wanita normal, sedangkan konsentrasi laktobasilus menurun pada wanita pasien VB.11,12
Faktor risiko yang dapat menimbulkan vaginosis bakterialis, antara lain:
  • Menggunakan AKDR (Alat Kontrasepsi dalam Rahim) atau IUD.
  • Terinfeksi oleh parasit Trichomonas.
  • Memiliki pasangan seksual yang terinfeksi Gardnerella vaginalis.
  • Menggunakan pewangi pada pakaian dalam.
  • Berganti-ganti pasangan.


4)      Patofisiologi
Patofisiologi bakterial vaginosis adalah disbiosis mikrobiota vagina, yaitu terjadi pergeseran flora normal vagina dari Lactobacillus sp menjadi bakteri anaerob. Pergeseran flora normal dalam vagina ini belum diketahui secara pasti penyebabnya. [6-8]

Fisiologi dan Mikrobiota Vagina

Kondisi ekosistem vagina memiliki siklus yang sangat dinamik. Vagina dalam kondisi fisiologis bersifat asam (pH 4.5). Kondisi asam ini disebabkan oleh Lactobacillus sp yang memproduksi hidrogen peroksida dan menjaga kondisi asam vagina. Kadar pH yang rendah dalam vagina juga disebabkan oleh pemecahan glikogen pada epitel vagina, fermentasi karbohidrat, dan pembentukan asam laktat. Kondisi asam ini berfungsi mencegah bakteri anaerob fakultatif ataupun obligatif berkembang biak dan mencegah infeksi menular seksual. [6-8]
5)      Komplikasi

VB paling banyak dihubungkan dengan komplikasi pada obstetri dan ginekologi yaitu dalam kaitan kesehatan reproduksi. VB merupakan faktor resiko gangguan pada kehamilan, resiko kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah.9-12 Selain itu VB juga merupakan faktor resiko mempermudah mendapat penyakit IMS lain, yaitu gonore, klamidia, trikomoniasis, herpes genital dan HIV.11-15 VB meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HIV melalui mekanisme diantaranya karena pH vagina yang meningkat, menyebabkan berkurangnya jumlah Lactobacillus penghasil hidrogen peroksidase dan produksi enzim oleh flora VB yang menghambat imunitas terhadap HIV. 1,2,11,12,24 Selain itu VB dikatakan juga dapat menyebabkan infertilitas tuba, dimana dua penelitian yang dilakukan di Glasgow dan Bristol menemukan rerata infertilitas tuba lebih tinggi pada pasien VB dibandingkan yang tidak menderita VB. VB disertai peningkatan resiko infeksi traktus urinarius dan infeksi traktus genitalis bagian atas. Konsentrasi tinggi mikrorganisme pada suatu tempat cenderung meningkatkan frekuensi infeksi ditempat yang berdekatan.12,25

6)      Diagnosa dan penatalaksanaan
Diagnosa Vaginosis Bakterialis
Penegakkan diagnosis vaginosis bakterialis dilakukan oleh dokter ahli dan melalui serangkai wawancara dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Diagnosis vaginosis bakterialis dapat ditegakkan berdasarkan:
  • Adanya keputihan yang berwarna abu-abu dan berbau
  • Pada pemeriksaan sekret vagina terdapat leukosit sedikit atau tidak ada, sel epitel yang banyak, dan adanya kokobasil kecil-kecil yang berkelompok. Sel-sel epitel vagina yang dilapisi sel-sel kokobasil menyebabkan batas sel tidak jelas, yang disebut clue cells. Adanya clue cells ini merupakan salah satu kriteria diagnostik.
  • Adanya pemeriksaan gram bakteri akan meningkatkan konfirmasi diagnosis.
Penatalaksanaan bakterial vaginosis adalah dengan pemberian terapi antibiotik sesuai regimen yang direkomendasikan. Perlu diingat bahwa bakterial vaginosis juga sering kali asimtomatik. Pasien dengan bakterial vaginosis asimtomatik umumnya tidak membutuhkan terapi secara rutin, kecuali bila terdapat indikasi seperti:
  • Wanita simptomatik
  • Hasil pemeriksaan mikroskopik positif pada wanita asimtomatik ataupun simtomatik
  • Wanita yang akan menjalani pemeriksaan ginekologi invasif atau pembedahan ginekologi
  • Wanita hamil simtomatik
  • Wanita hamil asimtomatik, terutama bila terdapat riwayat kehamilan prematur idiopatik atau kematian janin pada trimester kedua


6.     CANDIDIASIS

1)      Pengertian dan Klasifikasi

Kandidosis merupakan penyakit kulit akut atau sub akut, disebabkan jamur intermediate yang menyerangkulit, kuku, selaputlendirdanalat-alatdalam (Harahap, 2013). Kandidosis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau sub akut disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida Albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atauparu, kadang-kadang dapat menyebabkan septikema, endocarditis, atau meningitis (FK UI, 2009).

 Genus Candida terdiri dari lebih dari 200 spesies dan merupakan spesies ragi yang sangat beragam yang ikatannya sama dengan tidak adanya siklus seksual. Tidak semua genus Candida dapat menyebabkan infeksi pada manusia, hanya beberapa spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Spesies Candida yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia yaitu: Candida albicans, Candida (Torulopsis) glabrata, Candida parapsilosis, Candida tropicalis, Candida krusei, Candida kefyr, Candida guilliermondii, Candida lusitaniae, Candida stellatoidea, dan Candida dubliniensis (Dismukes, Pappas and Sobel, 2003).

2)    Tanda dan Gejala 

Gejala Candidiasis

Penderita candidiasis memiliki gejala yang berbeda-beda, tergantung pada lokasi infeksinya. Berikut adalah beberapa gejala candidiasis yang dibagi berdasarkan bagian tubuh yang terserang:
Candidiasis mulut (thrush)
  • Bercak putih atau kuning di lidah, bibir, gusi, langit-langit mulut, dan pipi bagian dalam
  • Kemerahan di mulut dan tenggorokan
  • Kulit pecah-pecah di sudut mulut
  • Rasa nyeri saat menelan
Candidiasis vulvovaginal
  • Rasa gatal yang ekstrem di vagina
  • Rasa nyeri dan terbakar saat buang air kecil
  • Rasa tidak nyaman selama berhubungan seks
  • Pembengkakan pada vagina dan vulva
  • Keputihan yang menggumpal
Candidiasis kulit (cutaneous candidiasis)
  • Ruam yang gatal di lipatan kulit, seperti ketiak, selangkangan, sela jari, atau di bawah payudara
  • Kulit yang kering dan pecah-pecah
  • jika terjadi infeksi sekunder (infeksi kuman lain termasuk bakteri pada area kulit)
3)    Etiologi dan Faktor Risiko
faktor berikut juga bisa meningkatkan risiko terjadinya candidiasis pada kulit dan area kelamin:
  • Cuaca yang hangat dan lembap
  • Kebiasaan jarang mengganti pakaian dalam
  • Kebiasaan menggunakan pakaian yang tidak menyerap keringat
  • Kebersihan pribadi yang buruk
4)    Patofisiologi
Patofisiologi kandidiasis oral adalah infeksi Candida sp, paling sering adalah Candida albicans. C. albicans adalah jamur dimorfik yang merupakan flora normal kavitas oral. Flora normal ini dapat menjadi patogen ketika terdapat faktor predisposisi, misalnya kebersihan oral yang buruk, merokok, xerostomia, dan gangguan imunologi. [3]
Candida sp mengeluarkan protein berupa Secreted Aspartyl Proteinases (SAPs) yang memicu invasi ke mukosa dan peradangan. Sekresi ekstraseluler SAP memerlukan gen protein prevakuola atau vacuolar protein sorting 4-A (VPS4A) yang merupakan kunci dari kandidiasis. [5,6]

5)    Komplikasi
Candidiasis di kulit biasanya akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan mengganggu kepercayaan diri penderitanya. Jika infeksi menyebar ke aliran darah dan organ tubuh lain, dapat terjadi komplikasi berupa sepsis dan gangguan pada organ yang terinfeksi.
Pada kasus tertentu, penyebaran candida ke selaput pembungkus otak (meningen) akan menyebabkan meningitis.
6)    Diagnosa dan penatalaksanaan
Diagnosis kandidiasis oral cukup mudah ditegakkan secara klinis. Pemeriksaan penunjang di bawah mikroskop dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis.

Anamnesis

Pasien dengan kandidiasis oral akan mengeluhkan rasa sakit atau perih dan panas pada rongga mulut, nyeri saat menelan, disertai munculnya plak berwarna putih di mukosa. Selain dari keluhan yang muncul, anamnesis juga harus menggali faktor risiko dari kandidiasis oral, misalnya pengobatan kanker, imunosupresi, merokok, atau penggunaan gigi palsu. [11]
Penatalaksanaan kandidiasis oral umumnya cukup menggunakan antifungal topikal. Namun pada keadaan dimana lesi luas atau tidak berespon dengan obat topikal, dapat diberikan antifungal sistemik

7.     KANDILOMA AKUMINATA

1)    Pengertian dan Klasifikasi

Kondiloma akuminata atau disebut juga dengan kutil kelamin merupakan IMS yang disebabkan oleh HPV yang sering disebabkan oleh tipe 6 dan 11

2)    Tanda dan Gejala 
Tanda-tanda dan gejala kutil kelamin adalah:
·            Bengkak kecil di daerah kemaluan Anda.
·            Beberapa kutil berdekatan yang menyerupai bentuk kembang kol.
·            Rasa gatal atau rasa tidak nyaman di daerah kemaluan Anda.
·            Perdarahan saat hubungan seksual.
Perempuan dapat terkena penyakit kutil kelamin di bagian paha bagian atas, vulva, dinding vagina, daerah antara alat kelamin luar dan anus, saluran anus, dan leher rahim.  Sementara, pria dapat terkena penyakit kutil kelamin di ujung atau batang penis, selangkangan, paha bagian atas, sekitar atau di dalam anus, di dalam saluran kemih, dan skrotum (testis). Sebagai area yang lembap dan mudah basah, bagian kelamin menjadi tempat paling aman dan nyaman bagi virus tersebut hidup. Terlebih, jika seorang mempunyai kelenjar keringat yang banyak di bagian vital. Kutil juga bisa berkembang di mulut atau tenggorokan dari orang yang telah memiliki kontak seksual oral dengan orang yang terinfeksi. Kemungkinan ada tanda-­tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
3)    Etiologi dan Faktor Risiko
Penyebab kondiloma akuminata adalah HPV yang merupakan virus deoxy nucleic acid (DNA) kecil dari famili pavoviridae. HPV virion tidak mempunyai envelope, berdiameter 55 nm, mempunyai kapsid ikosahedral. Genom HPV berbentuk sirkuler dan panjangnya 8 kb. Lebih dari 100 genotipe HPV telah diisolasi dan diketahui dan lebih dari 40 jenis HPV yang menginfeksi genitalia.2,19 HPV tipe 6 dan 11 adalah tipe yang paling sering menyebabkan kondiloma akuminata,namun dapat juga disebabkan oleh tipe lain.2 Infeksi HPV pada genital ini terutama ditularkan melalui kontak seksual. Penularan melalui kontak seksual non penetrasi dapat terjadi.1,20 Pada sebuah penelitian terhadap pria dan wanita penderita kondiloma akuminata, 27% subjek memiliki DNA HPV yang sama dengan yang terdeteksi pada sampel genital dan sampel sekaan jari. Penularan HPV melalui darah tidak pernah dilaporkan.1

4)    Patofisiologi

5)    Komplikasi
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi dari penyakit kutil kelamin adalah:
Kanker
Kanker serviks telah dikaitkan erat dengan infeksi HPV genital. Beberapa jenis HPV juga berhubungan dengan kanker vulva, kanker anus, kanker penis, serta kanker mulut dan tenggorokan. Namun, penting untuk dipahami bahwa HPV tidak selalu menyebabkan kanker.
Bagi wanita, lakukanlah pap smear secara teratur, terutama jika Anda telah terinfeksi dengan jenis risiko yang lebih tinggi dari HPV.
Infeksi pada masa kehamilan
Kutil kelamin dapat menyebabkan masalah selama kehamilan. Ketika kutil kelamin jadi membesar, ibu hamil sulit untuk buang air kecil. Tak hanya itu, kutil pada dinding vagina juga dapat mengurangi kemampuan jaringan vagina untuk meregang saat proses melahirkan.
Sementara kutil kelamin besar pada vulva atau di vagina dapat menyebabkan perdarahan saat proses mengejan
6)    Diagnosa dan penatalaksanaan


Penatalaksanaan
Pengobatan kondiloma akuminata biasanya efektif dalam memicu keadaan bebas kutil dan mungkin mengurangi jumlah virus penginfeksi yang ada. Walaupun manifestasi klinis dan morfologi dari infeksi HPV biasanya dapat hilang dengan pengobatan, namun tetap ada kemungkinan bahwa virus akan tetap bertahan pada sel epitel. Lesi dapat menghilang, tetap sama atau bertambah jumlah dan ukuran tanpa pengobatan. Sebagian besar kondiloma akuminata diterapi oleh karena tidak menyenangkan secara estetis.1,20 Pasien dengan kondiloma akuminata juga diperiksa dan diterapi untuk penyakit infeksi menular lainnya. Pasangan seksual mereka juga diperiksa dan diobati untuk kutil yang tampak secara makroskopis dan infeksi menular seksual lainnya. Kunjungan ini dapat menjadi kesempatan untuk member konseling berupa pengarahan kepada pasien mengenai diagnosis, pilihan pengobatan dan kemungkinan rekurensi.1
Pilihan pengobatan ditentukan oleh pilihan pasien dengan pertimbangan terhadap usia dan kemampuan pasien mematuhi petunjuk-petunjuk yang cukup rumit, lokasi, jumlah kutil dan kemampuan ahli klinis. Pengobatan diklasifikasikan atas terapi yang dilakukan oleh pasien sendiri dan dilakukan oleh ahli klinis. Pengobatan yang dilakukan oleh pasien sediri berupa larutan dan gel podofilox dan krim imiquimod, sedangkan pengobatan yang dilakukan oleh ahli klinis meliputi krioterapi, podofilin, trichloroacetic acid, eksisi, bedah listrik, injeksi interferon dan gel 5-Flouro Uracyl (FU).1

JIka Sobat ingin mendapatkan semua makalah yang ada di website ini secara gratis siilahkan klik tombol Subscribe yang ada dibawah ini, dan Perlu diketahui Setelah Sobat Mendaftarkan Email Jangan Lupa Konfirmasi Link yang di Kirim Ke Email Agar Pemberitahuannya Aktif:

1 Response to "MAKALAH PENYAKIT GONOREA CLAMDIYA TRICHOMONIASIS SIPILIS VAGINOSIS BAKTERIAL CANDIDIASIS KANDILOMA AKUMINATA"

  1. There is a safe & effective Natural Herbal Medicine. For Total Cure Call    +2349010754824,  or email him   drrealakhigbe@gmail.com       For an Appointment with (Dr.) AKHIGBE contact him. Treatment with Natural Herbal Cure. For:Dengue Fever, Malaria. Painful or Irregular Menstruation. HIV/Aids. Diabetics. Vaginal Infections. Vaginal Discharge. Itching Of the Private Part. Breast Infection. Discharge from Breast. Breast Pain & Itching. Lower Abdominal Pain. No Periods or Periods Suddenly Stop. Women Sexual Problems. High Blood Pressure Chronic Disease. Pain during Sex inside the Pelvis. Pain during Urination. Pelvic Inflammatory Disease, (PID). Dripping Of Sperm from the Vagina As Well As for Low sperm count. Parkinson disease. Obesity, Lupus.  Cancer.  Tuberculosis.  Zero sperm count. Bacteria, Impotence Fertility,Protoplasmic, Diarrhea. Herpatitis A&B, Rabies. Asthma.  Quick Ejaculation. Gallstone, Cystic Fibrosis, Schizophrenia, Crubs, Cirrhosis,  Premature Ejaculation. Herpes. Joint Pain. Stroke. Cornelia Disease, Weak Erection. Ovarian problem,  Erysipelas, Thyroid, Discharge from Penis. Bronchial Problem,  HPV.  Hepatitis A and B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Syphilis. Heart Disease.  Pile-Hemorrhoid.rheumatism,  Impotence, thyroid, Autism, Sepsis Bacteria,  Penis enlargement, Prostate Problem,  Waist & Back Pain.  Male Infertility and Female Infertility. Etc. Take Action Now. contact him & Order for your Natural Herbal Medicine:  +2349010754824  and email him    drrealakhigbe@gmail.com    Note For an Appointment with (Dr.) AKHIGBE.I suffered in Cancer for a year and three months dieing in pain and full of heart break. One day I was searching through the internet and I came across a testimony herpes cure by doctor Akhigbe. So I contact him to try my luck, we talk and he send me the medicine through courier service and with instructions on how to be drinking it.To my greatest surprise drinking the herbal medicine within three weeks I got the changes and I was cure totally. I don't really know how it happen but there is power in Dr Akhigbe herbal medicine. He is a good herbalist doctor.

    ReplyDelete