HUBUNGAN STRUKTUR SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN DAN PROSES SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)
HUBUNGAN STRUKTUR SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN DAN PROSES SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)
(The Correlation between the Structure of Management Control System and Process of Management Control System and the Company Financial Performance at Indonesia Railway Company Limited (PT. KAI)
Abstract
Reaching more than 100%, the decrease of financial performance of PT.KAI in 2006 is the highest in recent years. This condition is, to certain extent, caused by insufficient control system. The structure and process of management control system are two parts researchable in an effort to explain the financial performance of PT. KAI. This research is, therefore, conducted to identify: (1) the simultaneous correlation between the structure and process of management control system and company financial performance, (2) the correlation between the structure of management control system and company financial performance, and (3) the correlation between the process of management control system and company financial performance.
This research uses survey-explanatory method by using three different levels of management as research respondent, namely top, middle, and low. Each level represents financial performance and operation area in terms of return on investment (ROI) year 2006.
Findings of the research are as follows: (1) the structure and process of management control system have a simultaneously positive correlation with financial performance. This means that the company financial performance is strongly determined by the system of management control consisting of structure and process, (2) individually, the structure of management control system has positive correlation with financial performance, and (3) the process of management control system has positive correlation with financial performance.
Keywords: Management control system, The structure of management control system, The process of management control system, Financial performance, Investment return level.
Abstraksi
Dalam tahun 2006 kinerja keuangan PT. KAI mengalami penurunan yang sangat besar dibanding tahun-tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari 100%. Kondisi ini, salah satunya disebabkan oleh sistem pengendalian yang belum memadai. Struktur dan proses sebagai bagian dari sistem pengendalian manajemen merupakan dua hal yang dapat diteliti dalam upaya untuk memberikan penjelasan mengenai kinerja keuangan PT. KAI. Oleh karena itu, terdapat tiga tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui: (1) hubungan antara struktur sistem pengendalian manajemen dan proses sistem pengendalian manajemen dengan kinerja keuangan perusahaan secara simultan, (2) hubungan antara struktur sistem pengendalian manajemen dengan kinerja keuangan perusahaan, dan (3) hubungan antara proses sistem pengendalian manajemen dengan kinerja keuangan perusahaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu survey-explanatory dengan menggunakan manajer setiap jenjang manajemen yaitu manajemen puncak, manajemen tingkat menengah, dan manajemen tingkat bawah sebagai responden yang mewakili tiap daerah operasi, dan kinerja keuangan dalam bentuk tingkat kembalian investasi (ROI) tahun 2006.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: (1) secara simultan struktur dan proses sistem pengendalian manajemen memiliki hubungan yang positif dengan kinerja keuangan, artinya kinerja keuangan perusahaan sangat ditentukan oleh sistem pengendalian manajemen yang didalamnya terbagi atas struktur dan proses, (2) secara individu struktur sistem pengendalian manajemen memiliki hubungan positif dengan kinerja keuangan, dan (3) proses sistem pengendalian manajemen memiliki hubungan positif dengan kinerja keuangan.
Kata kunci: Sistem pengendalian manajemen, Struktur sistem pengendalian manajemen, Proses sistem pengendalian manajemen, Kinerja keuangan, Tingkat kembalian investasi.
1. Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi Indonesia merosot menjadi 13,7 % dari pertumbuhan tahun sebelumnya (Seda: 2002). Kita bisa lihat pada 2002, angka pertumbuhan ekonomi nasional cuma berkisar 3,5 % padahal, banyak kalangan yang menilai bahwa untuk melakukan percepatan pertumbuhan ekonomi, paling tidak dibutuhkan angka pertumbuhan di atas 5%1. Semua gambaran tersebut akhirnya menjadi cermin betapa buruknya keadaan perekonomian nasional saat ini. Salah satu akibat yang timbul dari keterpurukan ekonomi Indonesia adalah jatuhnya sejumlah perusahaan baik itu perusahaan swasta maupun BUMN..
Dalam beberapa kurun terakhir semenjak BUMN dibentuk, BUMN secara umum belum menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Perolehan laba yang dihasilkan masih sangat rendah. Sebagai contoh, pada tahun 2000 BUMN memiliki total asset sebesar Rp. 861,52 trilyun hanya mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 13,34 Trilyun, atau dengan tingkat Return on Assets (ROA) sebesar 1,55%. Gambar 1.1 menunjukkan bahwa tingkat ROA BUMN Indonesia pada tahun 1997-2001 hanya berkisar antara 1,55% sampai dengan 3,25%.
Gambar 1.1
Return
on Asset BUMN
selama Tahun 1997-2001
Sumber : Laporan Perkembangan Kinerja BUMN – Dirjen
Pembinaan BUMN,
Departemen Keuangan R.I., April 2001. (Diolah kembali).
Jika dilihat dari gambar 1.1 kinerja BUMN secara keseluruhan pada tahun 1997 sampai 2001 masih kurang memuaskan. Namun pada tahun 2002-2006 dari master plan BUMN bahwa kinerja keuangan seluruh BUMN naik cukup signifikan. Jelasnya dilihat dari gambar dibawah ini:
Gambar 1.2
ROA dan ROE BUMN selama Tahun 2001 -
2006
Sumber : Kementrian BUMN, (diolah kembali)
Dengan mengamati dan menganalisis kinerja BUMN dari tahun 1997 sampai 2001 dan membandingkannya dengan kinerja BUMN pada tahun 2002 sampai 2006 sudah terlihat adanya peningkatan kinerja BUMN. Namun untuk tetap menjaga peningkatan kinerja BUMN supaya tidak mengalami penurunan lagi seperti tahun-tahun sebelumnya, maka proses pengendalian dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen perlu dioptimalkan.
PT Kereta Api Indonesia (PT. KAI) adalah salah satu BUMN yang bergerak di bidang pelayanan jasa transportasi darat, mulai tahun 1998 perusahaan ini berbentuk PT (Persero). Keberhasilan PT KAI dalam menghasilkan jasanya tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana maupun dana yang tersedia, melainkan juga tergantung kepada kepercayaan publik terhadap kinerja manajemen yang mempunyai peranan penting untuk menjamin kelangsungan aktivitas bisnis perusahaan sesuai yang diharapkan.
Para pengelola PT KAI harus selalu menerapkan prinsip efektivitas dan efisiensi dalam pengeloaan semua sumber dayanya. Karena itu para pengelola PT KAI seharusnya mampu mengelola perusahaannya dengan mengedepankan prinsip-prinsip pengelolaan yang memiliki pertanggungjawaban kepada stakeholder-nya. Apalagi dijaman yang serba cepat, perubahan yang tajam dan radikal, para pengelola BUMN diharapkan mampu mengendalikan perusahaannya dan bisa mengiringi perubahan yang terjadi dilingkungan perusahaan, dan bersaing secara sehat.
Keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan dapat dilihat dari pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya, salah satunya adalah memperoleh laba yang besar. Bagi perusahaan yang berorientasi kepada laba (profit-oriented), mendapatkan laba adalah tujuan utama untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan perusahaan dapat ditunjukkan oleh ROI yang dicapai perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Bambang Riyanto (2001: 325) bahwa “Return On Investment (ROI), menggambarkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto”.
Semakin tinggi ROI perusahaan maka semakin baik keadaan perusahaan. Hal ini termuat dalam pendapat Darsono dan Ashari (2005: 57) bahwa “Semakin tinggi ROI yang dicapai suatu perusahaan menggambarkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan modal kerja atau aktiva secara efisien dan efektif”. ROI diketahui dengan membagi laba bersih dengan jumlah aktivanya (Munawir, 2004: 335).
Jika dilihat pada gambar 1.3 perolehan laba pada PT. Kereta Api dari tahun 2001 sampai 2006, terlihat masih sangat rendah jika dibandingkan dengan aktiva yang ditanamkan dalam perusahaan.
Gambar 1.3
ROA PT. Kereta Api selama Tahun 2001 –
2006
Sumber : Laporan keuangan perusahaan, (diolah kembali)
Untuk mendorong
perusahaan mampu bersaing
dalam persaingan global
yang semakin ketat, pengendalian manajemen merupakan syarat
mutlak yang harus dilakukan para manajer
profesional. Manajemen modern dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan
telah menawarkan konsep yang dikenal sistem pengendalian manajemen (management
control system). Sistem pengendalian manajemen merupakan suatu proses dan
struktur yang tertata secara sistematik yang digunakan manajemen dalam
pengendalian kegiatan agar sasaran dan
tujuan yang telah ditetapkan perusahaan tercapai.
Salah satu
tujuan setiap perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan atau laba,
beberapa faktor yang mempengaruhinya adalah pendapatan yang diterima, kembalian
dari investasi (ROI), dan biaya yang harus dikeluarkan. Dalam memperbesar laba,
usaha yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah memperbesar pendapatan,
menurunkan biaya, dan memperbesar kembalian investasi (ROI). Untuk memperbesar
pendapatan, penurunan biaya, dan memperbesar kembalian investasi (ROI)
dapat dilakukan dengan
memotivasi para manajer agar dapat melakukan efisiensi
dan memberikan penilaian atas peran manajer tersebut dalam setiap pusat pertanggungjawaban tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, diidentifikasi permasalahan di PT. KAI yaitu
adanya penurunan kinerja
keuangan disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal. Berdasarkan
pengamatan dan hasil
survey pendahuluan, dari
kedua faktor tersebut
faktor internal merupakan faktor yang diduga menjadi
faktor penyebab dari
makin menurunnya kinerja
keuangan. Faktor tersebut diantaranya adalah sistem pengendalian manajemen yang belum
berjalan sebagaimana
mestinya.
Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen
Mulyadi
(2001:3-5) menyampaikan bahwa “Sistem pengendalian manajemen pada dasarnya
merupakan suatu sistem yang dipergunakan manajemen dalam membangun masa depan
organisasi”.
Yoseph A. Maciariello dan Calvin J. Kirby (1994:5) mengatakan
bahwa:
“A
management Control System is a set of interrelated communication structures
that facilitates the processing of information for the purpose of on
organization on a continuous basis”.
Berdasarkan
uraian di atas, secara singkat dapat dikatakan bahwa sistem pengendalian
manajemen merupakan suatu sistem yang digunakan oleh para manajer untuk
mengarahkan para anggota organisasi agar melaksanakan kegiatan organisasi
secara efektif dan efisien sesuai strategi pokok yang telah ditentukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengertian Kinerja Keuangan
Menurut Edy Sukarno
(2000:111) ”Kinerja adalah gambaran
mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi dan visi organisasi”. Dalam pembahasan ini, kata kinerja
dimaksudkan sebagai hasil yang telah dicapai atas segala aktivitas yang dilakukan dalam mendayagunakan sumber- sumber yang tersedia dalam suatu organisasi atau perusahaan, maka kinerja dimaksud
adalah kinerja keuangan.
Rasio Return On Investment sebagai Ukuran Kinerja Perusahaan
ROI merupakan salah satu bentuk
rasio profitabilitas yang
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva
yang digunakan untuk operasi
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Bambang Riyanto, (2001: 335)“Salah
satu rasio dalam profitabilitas adalah Return On Investment (ROI), yang menggambarkan kemampuan
dari modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto”.
ROI yang tinggi
menunjukkan efisiensi manajemen aset, yang berarti pula efisiensi manajemen sehingga
semakin tinggi ROI maka semakin
baik keadaan suatu perusahaan. Hal ini
termuat dalam pendapat
Darsono dan Ashari
(2005: 57) bahwa “Semakin tinggi ROI yang dicapai suatu perusahaan menggambarkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan modal kerja atau
aktiva secara efisien dan efektif”.
Dari uraian
di atas disimpulkan ROI dapat memberikan informasi menyeluruh mengenai efisiensi penggunaan modal, juga dapat memberikan informasi mengenai
profitabilitas perusahaan, serta berguna
dalam keperluan perencanaan dan kontrol mengenai kebijakan yang
diterapkan perusahaan.
Kerangka pemikiran dalam pembahasan ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 1.4 Kerangka Pemikiran
2
|
4
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan survey- explanatory. Pendekatan survey
artinya penelitian ini diadakan untuk
memperoleh fakta-fakta,
mencari keterangan-keterangan faktual serta berusaha untuk menggambarkan
gejala-gejala dari praktek yang sedang berlangsung (M. Nazir, 2006: 65).
Populasi
penelitian ini adalah pusat pertanggungjawaban yang ada di 10 DAOP dan 3 DIVRE,
dan populasi respondennya adalah seluruh manajer dan karyawan
yang ada di 13 DAOP dan DIVRE tersebut. Mengingat
populasi dari DAOP dan DIVRE PT. KAI
hanya berjumlah 13, maka keseluruhan populasi tersebut dijadikan sampel
seluruhnya atau disebut sampel jenuh (census
sampling). Setiap DAOP dan DIVRE diwakili oleh satu orang manajer dari
setiap tingkatan manajemen
yaitu manajemen puncak
(top management), manajemen tingkat menengah (middle management), dan manajemen tingkat bawah (lower management).
Teknik pengumpulan
data dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah penelitian ini,
direncanakan menggunakan :
a)
Kuesioner/daftar pertanyaan yang
disebarkan kepada responden penelitian ini.
b)
Observasi yang
dilakukan, untuk mengamati secara lebih spesifik perilaku dari variabel yang sedang
diteliti. Observasi juga dilakukan dalam upaya mendapatkan data-data umum
lainnya tentang organisasi tersebut.
c)
Wawancara mendalam
dengan pimpinan dan karyawan di lingkungan objek penelitian.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Deskripsi
tentang Struktur Sistem Pengendalian Manajemen PT. KAI
Gambaran
struktur sistem pengendalian manajemen berdasarkan dimensi pusat biaya, pusat
pendapatan, pusat laba, dan pusat investasi ditunjukkan pada bagian
selanjutnya. Gambaran umum dimensi pusat biaya berdasarkan hasil jawaban 39
responden dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3-1
Perhitungan
Skor Jawaban 39 Responden Berdasarkan Dimensi Pusat Biaya
Pernyataan
|
Jumlah Skor
|
Persentase
|
Selalu
|
83
|
35.47
|
Sering
|
96
|
41.03
|
Kadang-kadang
|
39
|
16.67
|
Jarang Sekali
|
16
|
6.84
|
Tidak pernah
|
0
|
0.00
|
Jumlah 234 100.00
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan Tabel 3.1 di atas, nampak bahwa sebagian
besar responden menjawab ‘sering’, hal ini bisa berarti
bahwa di setiap
pusat biaya daerah
operasi PT. KAI telah
memahami pentingnya perencanaan biaya sebagai upaya untuk mewujudkan
efektivitas penggunaan biaya.
Pada pusat
pendapatan sebagian besar
manajer pada pusat
pendapatan menjawab ‘selalu’ atas berbagai pertanyaan yang
diajukan sebagaimana terlihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3-2
Perhitungan
Skor Jawaban 39 Responden
Berdasarkan Dimensi Pusat Pendapatan
Pernyataan
|
Jumlah Skor
|
Persentase
|
Selalu
|
91
|
46.67
|
Sering
|
87
|
44.62
|
Kadang – kadang
|
12
|
6.15
|
Jarang Sekali
|
5
|
2.56
|
Tidak pernah
|
0
|
0.00
|
Jumlah 195 100.00
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan jawaban
setiap manajer pusat pendapatan dapat diketahui bahwa di setiap daerah operasi telah memiliki
perencanaan yang matang atas estimasi pendapatan yang akan diperoleh dalam upaya untuk mencapai
maksimalisasi laba dengan melibatkan bagian pemasaran, dan telah dilakukan
dilakukan kontrol yang baik atas pendapatan yang diterima, dan nampak telah ada upaya dalam menilai kinerja
setiap manajer pusat pendapatan di setiap
daerah operasi.
Tabel 3-3
Perhitungan
Skor Jawaban 39 Responden Berdasarkan Dimensi Pusat Laba
Pernyataan
|
Jumlah Skor
|
Persentase
|
Selalu
|
101
|
43.16
|
Sering
|
106
|
45.30
|
Kadang – kadang
|
24
|
10.26
|
Jarang Sekali
|
3
|
1.28
|
Tidak pernah
|
0
|
0.00
|
Jumlah 234 100.00
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan tabel
di atas,dapat diperoleh informasi mengenai karakteristik yang terjadi pada setiap
pusat laba di masing-masing daerah
operasi, yaitu ada upaya untuk
memaksimalkan jumlah laba di setiap periodenya. Dalam perhitungan
pendapatan telah menggunakan prinsip
pemaduan (matching) atas jumlah
pendapatan yang akan diterima dengan jumlah biaya yang akan dikeluarkan. Manajer
pusat laba selalu
mempertanggungjawabkan laba yang dihasilkan
setiap periodenya.
Tabel 3-4
Perhitungan
Skor Jawaban 39 Responden Berdasarkan Dimensi Pusat Investasi
Pernyataan
|
Jumlah Skor
|
Persentase
|
Selalu
|
112
|
47.86
|
Sering
|
99
|
42.31
|
Kadang – kadang
|
21
|
8.97
|
Jarang Sekali
|
2
|
0.85
|
Tidak pernah
|
0
|
0.00
|
Jumlah 234 100.00
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan
tabel tersebut, nampak sebagian besar responden menjawab ‘selalu’ atas
pertanyaan yang diajukan. Ini berarti secara struktur dari sistem pengendalian
manajemen setiap daerah operasi sudah baik. Selanjutnya berdasarkan tabel
tersebut, diperoleh beberapa karakteristik dari pusat investasi yaitu telah ada
upaya yang baik dalam mengelola investasi yang ditanamkan. Ada kesesuaian atas
rencana dan realisasi atas investasi, dan sekaligus membuktikan adanya komitmen
yang baik atas kegiatan investasi.
Deskripsi tentang Proses Sistem Pengendalian Manajemen PT. KAI
Tabel 3-5
Perhitungan
Skor Jawaban 39 Responden Berdasarkan Dimensi Pemograman
Pernyataan
|
Jumlah Skor
|
Persentase
|
Selalu
|
112
|
47.86
|
Sering
|
99
|
42.31
|
Kadang – kadang
|
21
|
8.97
|
Jarang Sekali
|
2
|
0.85
|
Tidak pernah
|
0
|
0.00
|
Jumlah 234 100.00
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan Tabel 3.5 terlihat sebagian besar responden
menjawab ‘selalu’. Ini berarti
berdasarkan dimensi pemograman terkait dengan proses
sistem pengendalian manajemen telah berjalan dengan baik.
Tabel 3-6
Perhitungan
Skor Jawaban 39 Responden Berdasarkan Dimensi Penganggaran
Pernyataan
|
Jumlah Skor
|
Persentase
|
Selalu
|
140
|
44.87
|
Sering
|
148
|
47.44
|
Kadang – kadang
|
17
|
5.45
|
Jarang Sekali
|
6
|
1.92
|
Tidak pernah
|
1
|
0.32
|
Jumlah 312 100.00
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan
Tabel 3.6 terlihat sebagian besar responden menjawab ‘sering’.Hal ini
menandakan aspek penganggaran dalam proses pengendalian manajemen sudah
dilakukan dengan baik. Ini berarti telah ada upaya yang baik dari manajemen
dalam upaya untuk melakukan proses pengendalian atas kegiatan, orang, dan
sumber daya yang dibutuhkan.
Tabel 3-7
Perhitungan Skor Jawaban 39 Responden Berdasarkan Dimensi
Pelaksanaan dan Pengukuran
Pernyataan
|
Jumlah Skor
|
Persentase
|
Selalu
|
0
|
0.00
|
Sering
|
0
|
0.00
|
Kadang – kadang
|
91
|
38.89
|
Jarang Sekali
|
106
|
45.30
|
Tidak pernah
|
37
|
15.81
|
Jumlah 234 100.00
Tabel 3.7
memperlihatkan bahwa sebagian besar responden menjawab ‘jarang sekali’. Ini
berarti dalam hal pelaksanaan dan pengukuran proses pengendalian manajemen
belum optimal.
Tabel 3-8
Perhitungan
Skor Jawaban 39 Responden Berdasarkan Dimensi Analisis dan Pelaporan
Pernyataan
|
Jumlah Skor
|
Persentase
|
Selalu
|
0
|
0.00
|
Sering
|
0
|
0.00
|
Kadang – kadang
|
103
|
44.02
|
Jarang Sekali
|
117
|
50.00
|
Tidak pernah
|
14
|
5.98
|
Jumlah 234 100.00
Sumber: Hasil pengolahan data
Tabel 3.8 menunjukkan
sebagian besar responden menjawab ‘jarang sekali”. Hal ini
mengindikasikan kegiatan analisis dan pelaporan yang merupakan bagian dari
proses pengendalian manajemen belum optimal.
Deskripsi tentang Kinerja Keuangan Daerah Operasi PT. KAI
Kinerja
keuangan merupakan gambaran secara menyeluruh tentang pengelolaan perusahaan dalam
suatu periode. Kinerja
keuangan yang makin
baik dan cenderung meningkat menggambarkan manajemen telah
berhasil dalam mengelola perusahaan melalui pemanfaatan berbagai sumber daya yang
diberikan oleh pemilik perusahaan. Gambar 3.1 memperlihatkan kinerja keuangan
perusahaan setiap daerah operasi ditinjau dari ROI yang diperoleh dalam tahun
2006.
Gambar 3.1.
ROI setiap Daerah Operasi Tahun 2006
0.50
0.00
-0.50
-1.00
-1.50
-2.00
-2.50
|
0.68
|
-0.38
|
-0.55
|
-0.30
|
0.13 0.17
|
-0.118-0.05
-2.66
|
0.05
|
-0.43 -0.53
|
0.69
|
DAOP 1
|
DAOP 2
|
||||||||||
DAOP 3
|
||||||||||
DAOP 4
|
||||||||||
DAOP 5
|
||||||||||
DAOP 6
|
||||||||||
DAOP 7
|
||||||||||
DAOP 8
|
||||||||||
DAOP 9
|
||||||||||
DAOP 10
|
||||||||||
DAOP 11
|
||||||||||
DAOP 12
|
||||||||||
DAOP 13
|
||||||||||
-3.00
|
(Sumber: Hasil pengolahan data)
Berdasarkan gambar
tersebut, nampak dari 13 daerah
operasi terdapat 8 daerah operasi memperoleh ROI negatif. Ini menunjukkan rata-rata pengelolaan atas sejumlah
investasi yang ditanamkan di setiap daerah
operasi masih belum dapat dikelola
secara efektif dan efisien, dan menunjukkan kinerja manajemen yang
kurang baik.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hubungan variabel
struktur sistem pengendalian manajemen (X1) dan proses
sistem pengendalian manajemen (X2) terhadap
variabel kinerja keuangan
di PT. KAI. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui
nilai X2 sebesar 24,154, sedangkan nilai X2 tabel dengan tingkat kesalahan alpha 5% dengan k = 3
adalah 5,991. Dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan pengujian hipotesis bahwa H0 ditolak sebab X2 hitung
> X2 tabel, artinya hipotesis “Struktur Sistem
Pengendalian Manajemen dan
Proses Sistem Pengendalian Manajemen Secara Simultan
Memiliki Hubungan Positif
dengan Kinerja Keuangan Perusahaan”, dapat diterima.
Selanjutnya secara
individu, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan nilai Z. Untuk memperoleh nilai Z terlebih dahulu dihitung koefisien korelasi Kendall Tau. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
hasil nilai koefisien korelasi variabel struktur pengendalian manajemen dan proses pengendalian manajemen terhadap kinerja
keuangan masing – masing
sebesar 0,588 dan 0,693.
Selanjutnya berdasarkan nilai korelasi yang diperoleh,
nilai z-score untuk masing
– masing variabel dihitung sebagai berikut:
Z = tˆ = tˆ
var(t )
Z1 =
0,673
2 ((2 x19)
+ 5)
9 x19 (19 +1)
= 0,673 =
4,287
0,157
Dengan cara yang
sama diperoleh nilai Z2 sebesar
4,809. Sementara itu nilai Z-tabel berdasarkan
tingkat kesalahan alpha ()
5% sebesar 1,960.
Hasil perbandingan antara
nilai Z1 dan
Z2
dengan Z tabel nampak nilai Z1, Z2 >
Z tabel. Dengan demikian diperoleh informasi hipotesis nol (H0) ditolak,
artinya terdapat hubungan positif antara variabel struktur pengendalian
manajemen, proses pengendalian manajemen terhadap kinerja keuangan.
Hubungan Secara Simultan antara Struktur dan Proses Pengendalian Manajemen dengan Kinerja Keuangan
Hasil pengujian
hipotesis diperoleh hasil bahwa secara simultan variabel struktur dan proses
sistem pengendalian manajemen memiliki hubungan positif dengan kinerja keuangan
perusahaan dengan nilai korelasi sebesar
0,929 artinya memiliki
hubungan yang sangat kuat.
Dengan demikian perubahan dalam variabel kinerja
keuangan yang disebabkan oleh variabel
struktur dan proses pengendalian manajemen secara bersama-sama sebesar 86,30%.
Menurut Mulyadi
(2001:6) struktur dan proses merupakan dua hal yang membangun sistem
pengendalian manajemen. Sistem pengendalian manajemen menyediakan struktur yang memungkinkan proses perencanaan dan implementasi rencana
dapat dijalankan. Sistem pengendalian manajemen juga
menyediakan berbagai sistem untuk melaksanakan proses perencanaan dan
implementasi rencana. Melalui
sistem pengendalian manajemen, keseluruhan kegiatan utama untuk menjadikan perusahaan sebagai
institusi pencipta kekayaan dapat dilaksanakan secara terstruktur,
terkoordinasi, terjadwal, dan terpadu, sehingga menjanjikan tercapainya tujuan
perusahaan dan bertambahnya kekayaan dalam jumlah yang memadai.
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa sebagai sistem, struktur dan proses sistem pengendalian manajemen keduanya saling berinteraksi, dimana ketercapaian tujuan
organisasi untuk menciptakan kekayaan sangat ditentukan oleh keduanya.
Hubungan Struktur Pengendalian Manajemen dengan Kinerja Keuangan
Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis diperoleh informasi bahwa struktur
pengendalian manajemen memiliki hubungan yang kuat dengan kinerja
keuangan. Selanjutnya dari nilai koefisien korelasi yang diperoleh
dapat diketahui keberagaman variabel kinerja keuangan setiap
daerah operasi di PT. KAI melalui
nilai ROI ditentukan oleh struktur pengendalian manajemen sebesar 34,57% (0,5882 x 100%). Hal ini mengindikasikan kinerja keuangan setiap
periode salah satunya ditentukan oleh struktur pengendalian manajemen.
Struktur pengendalian manajemen menggambarkan garis
dan tanggung jawab
mengenai pengelolaan perusahaan. Secara teoritis struktur pengendalian
manajemen yang baik adalah struktur pengendalian yang menggambarkan secara
jelas peran dan tanggung jawab sebuah organisasi. Bila melihat struktur organisasi
di PT. KAI hal-hal tersebut sudah
terlihat dengan baik dimana struktur
organisasi yang ada menggambarkan kejelasan
fungsi, pembagian tugas atas keempat pusat
pertanggungjawaban yaitu pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba, dan pusat investasi.
Struktur yang
tepat atas struktur pengendalian manajemen sebuah perusahaan, pada akhirnya akan berkontribusi pada
capaian kinerja keuangan. Hal ini disebabkan dalam struktur
pengendalian manajemen terdiri
dari empat pusat
pertanggungjawaban yaitu pusat
biaya, pusat
pendapatan, pusat laba, dan pusat
investasi. Secara jelas Suadi (1995:10) menjelaskan pusat biaya merupakan pusat
tanggung jawab dimana input diukur, sedangkan output tidak diukur dengan satuan uang.
Dengan demikian dalam pusat biaya
dapat terlihat secara
jelas efektivitas dan efisiensi pengelolaan dana. Bila biaya dapat diperlakukan secara efektif dan efisien, maka akan turut berkontribusi pada jumlah
laba yang diperoleh.
Selain pusat biaya, terdapat pusat pendapatan dimana yang menjadi tanggung jawab utama manajer pusat pendapatan adalah
memaksimalkan pendapatan. Maksimalisasi pendapatan merupakan bentuk seberapa
efektif manajemen menggunakan sumber daya yang
digunakan untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Bila pendapatan yang
diperoleh setiap periodenya dapat dioptimalkan maka hal ini akan berkontribusi terhadap perolehan laba
begitu juga terhadap ROI.
Pusat
laba bertanggung jawab terhadap upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka memperoleh laba yang
optimal. Dengan demikian terjadinya peningkatan atau
penurunan laba secara
langsung turut berkontribusi pada nilai ROI.
Pusat
investasi menggambarkan tanggung jawab manajer investasi dalam upaya
pemanfaatan investasi yang ditanamkan dalam upaya menghasilkan laba secara optimal.
Bila investasi yang ditanamkan dapat dimanfaatkan sebaik
– baiknya, sudah
pasti akan berkontribusi pada jumlah laba dan ROI
yang akan diperoleh. Bila melihat kondisi yang terjadi di setiap daerah operasi
mengenai keempat pusat pertanggungjawaban tersebut, dapat disimpulkan secara
struktur masalah pengendalian manajemen tidak terlalu begitu lemah, artinya
secara empirik manajemen di PT. KAI dilihat
dari strukturnya sudah
memadai dan seharusnya menjadi katalisator pencapaian laba yang optimal.
Hubungan Proses Pengendalian Manajemen dengan Kinerja Keuangan
Berdasarkan
hasil pengujian hipotesis diperoleh informasi bahwa proses pengendalian
manajemen memiliki hubungan yang kuat dengan kinerja keuangan. Selanjutnya dari
nilai koefisien korelasi yang diperoleh
dapat diketahui keberagaman variabel kinerja keuangan setiap
daerah operasi di PT. KAI melalui
nilai ROI ditentukan oleh proses pengendalian manajemen sebesar 48,02% (0,6932 x 100%). Hal ini mengindikasikan kinerja keuangan setiap
periode salah satunya ditentukan oleh proses pengendalian manajemen.
Proses sistem
pengendalian manajemen merupakan langkah yang diambil
oleh organisasi untuk mengalokasikan sumber daya dan tujuan
organisasi yang terdiri dari pemograman (programming),
penganggaran (budgeting), pelaksanaan
dan pengukuran (operating and measurement), dan analisa serta pelaporan (reporting and analyzing). Pemograman diartikan sebagai proses
penyusunan program organisasi yang akan
dilaksanakan dan menetapkan jumlah
sumber daya yang dialokasikan kepada masing-masing program tersebut.
Dengan demikian pemograman yang tepat akan berdampak pada pengelolaan sumber
daya perusahaan secara efektif dan efisien. Efektivitas dan efisiensi
perusahaan yang baik menunjukkan perolehan laba secara optimal yang juga berarti
ROI dapat diperoleh secara optimal. Sesuai
dengan hasil penelitian atas sejumlah responden, pemograman yang dilakukan setiap daerah operasi
di PT. KAI sudah baik.
Hal kedua dalam
proses pengendalian manajemen yaitu penganggaran. Anthony and Recce (1999:859)
menyampaikan bahwa penyusunan anggaran merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan pengintegrasian program-program yang sebelumnya bersifat individual ke dalam pusat-pusat pertanggungjawaban. Produk
akhir dari proses
ini adalah sejumlah biaya, pendapatan, laba, dan penghasilan yang diharapkan dapat
direalisasikan dalam satu periode anggaran. Dengan demikian bila proses
penganggaran berlangsung baik, maka penafsiran tentang biaya pendapatan, laba,
dan penghasilan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.
Setelah penetapan
program dan penganggaran, tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan
dan pengukuran. Pelaksanaan merupakan implementasi antara rencana dalam bentuk kegiatan maupun biaya. Bila manajemen menginginkan ada kesesuaian antara rencana dengan
realisasi, salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah konsistensi
pelaksanaan dengan rencana baik program maupun penganggaran. Artinya kedua hal
tersebut harus dapat dipedomani dalam melaksanakan kegiatan, bila tidak
maka akan terjadi
penyimpangan. Sementara itu
pengukuran berhubungan dengan penilaian
dan pengendalian kegiatan
berdasarkan program dan anggaran
yang ditetapkan. Terkait dengan
pelaksanaan dan pengukuran di setiap daerah
operasi PT.KAI, hasil jawaban responden menyatakan
bahwa kegiatan pelaksanaan dan pengukuran belum optimal, bisa jadi hal ini yang menyebabkan ketercapaian ROI pada periode
tersebut sebagian besar
adalah negatif. Atau dengan kata lain diperolehnya ROI negatif merupakan cerminan
ada pelaksanaan yang menyimpang dari seharusnya.
Hal terakhir
dalam proses pengendalian manajemen adalah analisa dan pelaporan. Hasil jawaban
responden mengenai hal ini adalah ‘jarang sekali’. Ini berarti kegiatan yang
berhubungan dengan proses analisa dan pelaporan belum terlaksana dengan baik.
Kegiatan analisis dan pelaporan terkait dengan berbagai evaluasi atas kegiatan
selama berlangsung maupun akhir kegiatan. Apabila hal ini
tidak berjalan maka
kedua kegiatan sebelumnya berupa pemograman, penganggaran di tahun mendatang menjadi tidak sesuai relevan sebab kegiatan
ini merupakan kegiatan untuk menilai kemajuan ketiga kegiatan sebelumnya.
4. Simpulan dan Rekomendasi
Simpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan seperti yang diuraikan di atas maka diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
Berdasarkan hasil
analisa atas jawaban responden, struktur pengendalian manajemen setiap daerah
operasi PT. KAI telah memadai, akan tetapi proses
pengendalian manajemen
dikatakan belum memadai hal ini disebabkan terdapat aspek pelaksanaan dan pengukuran serta analisa dan pelaporan
yang belum berjalan sebagaimana mestinya. Ini
berarti masih terdapat kelemahan sistem pengendalian manajemen terutama
dalam hal proses pengendalian manajemen.
2.
Berdasarkan hasil
perhitungan statistik, diperoleh informasi secara simultan variabel struktur
dan proses pengendalian manajemen memiliki hubungan positif dengan kinerja
keuangan. Dengan demikian perubahan kinerja keuangan disebabkan oleh kedua
variabel tersebut secara bersama-sama.
3.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik, diperoleh informasi variabel
struktur pengendalian
manajemen memiliki hubungan yang kuat dengan kinerja keuangan. Dengan demikian
perubahan kinerja keuangan setidaknya ditentukan oleh struktur pengendalian
manajemen.
4.
Selain variabel
struktur pengendalian manajemen, hasil perhitungan statistik juga menunjukkan terdapat
hubungan yang kuat antara proses pengendalian manajemen
dengan kinerja keuangan. Dengan demikian proses pengendalian manajemen
merupakan variabel yang menyebabkan
perubahan dalam kinerja keuangan.
Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan, hasil
penelitian dan pembahasan maka dapat uraikan rekomendasi sebagai berikut:
1.
Adanya temuan
mengenai proses pengendalian manajemen yang berhubungan dengan pelaksanaan dan
pengukuran serta analisa dan pelaporan, maka sebaiknya manajemen PT. KAI segera mengambil langkah – langkah
stratejik untuk memperbaiki hal tersebut, dengan cara mengaktifkan peran
pimpinan puncak untuk lebih berperan aktif pada level manajemen menengah dan
bawah sebagai pelaksana kebijakan manajemen puncak.
2.
Adanya temuan
hubungan yang kuat antara variabel struktur pengendalian manajemen dengan
kinerja keuangan, maka sebaiknya pimpinan manajemen puncak, menengah,
dan atas untuk senantiasa melakukan koordinasi antar pimpinan sebab secara
struktural dalam lingkungan sistem pengendalian manajemen, keempat pusat
pertanggungjawaban tersebut dalam pelaksanaannya saling melengkapi dan dapat berjalan
dengan baik bila ada
kesepahaman diantara pusat pertanggung jawaban tersebut dalam upaya mencapai
ROI secara lebih baik.
3.
Adanya temuan
hubungan yang kuat antara variabel proses pengendalian manajemen dengan kinerja
keuangan, dan hasil analisis atas aspek pelaksanaan dan pengukuran serta analisa dan pelaporan yang belum
berjalan sebagaimana mestinya, maka sebaiknya manajemen PT. KAI segera memperbaiki hal tersebut dengan
cara mengoptimalkan peran manajer dari berbagai level untuk
saling mengawasi dan mengingatkan satu sama
lainnya sebagai kontrol dalam pelaksanaan aspek tersebut secara lebih
baik, dan bila hal tersebut belum teratasi dapat dilakukan rotasi jabatan.
4.
Bagi peneliti
selanjutnya, dapat dilakukan penelitian serupa dengan memasukkan unsur
keputusan manajerial sebagai variabel akibat setelah adanya struktur dan proses
sistem pengendalian yang diterapkan di perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert N., and Dearden,
John, and Bedford,
Norton M. (1992).
Sistem Pengendalian Manajemen (Management Control System). Jakarta Erlangga.
Anthony, Robert N., and Govindarajan. J. (1995). Management Control
System. Prentice Hall inc, New Delhi India.
Charles T. Horngren. (1984). Introduction to Management Accounting.
New Jersey Prentice- Hall Inc. Englewood Clifts
Frans Seda. (2002). Krisis Moneter Indonesia. In Jurnal Ekonomi Rakyat. Tersedia di http:// www.ekonomirakyat.org
Harun Al Rasyid. (1997). Statistika Sosial. Modul Bahan Kuliah
pasa PPS UNPAD, Bandung.
Hendry Simamora. (2000). Akuntansi – Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jakarta, Salemba
Empat.
Husein Umar. (1999). Metodologi Penelitian Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama.
Maciariello A., Joseph and Kirby J. Calvin.
(1994). Management Control Systems.
Prentice Hall inc., Englewood, New Jersey.
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim. (2003). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta :
UPP AMP YKPN
Mulyadi dan Johny Setiawan, (2001). Sistem Perencanaan dan PengendalianManajemen,
Jakarta, Salemba Empat.
Mulyadi. (1993). Akuntansi Manajemen. Yogjakarta,
STIE YKPN. Munawir. (1993). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta, BPFE. Sugiyono. (2004). Metode
Penelitian Bisnis. Bandung, Alfabeta.
Supriyono. (1992). Akuntansi Manajemen I – II. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi,
Yogyakarta, UGM.
0 Response to "HUBUNGAN STRUKTUR SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN DAN PROSES SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)"
Post a Comment