LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2 : ANAK KEDUA

LAPORAN TUTORIAL

BLOK IV.A

SKENARIO 2 : ANAK KEDUA


MODUL II

Skenario 2 : Anak Kedua

Ny. Tasya datang ke BPM Sartika bersama suaminya dan anak pertamanya yang berusia4 tahun. Ny. Tasya menjelaskan kepada Bidan bahwa bayinya kurang menyusui sejak 2 hari ini dan tidur saja. Ny. Tasya sangat takut jika anaknya mengalami penyakit karena ibunya yang memiliki riwayat merokok dan menggunakan narkoba sebelum kehamilan serta bayi lahir dengan berat badan lahir rendah yaitu 2400 gram. 
    Bidan Sartika melakukan anmnesis lebih lanjut terkait bayi dan reaksi kakaknya terhadap adiknya yang baru lahir. Setelah anamnesis, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik, didapatan hasil suhu 390C, pernafasan 50x/i, seborrhoea, hemangioma pada paha kiri ikterik derajat 2. Ny. Tasya menyampaikan bahwa selama perawatan di rumah, selalu melakukan metode kanguru kepada bayinya agar bayi tersebut selalu hangat, namun entah kenapa 2 hari ini bayinya kurang menyusui. Bidan Sartika pun menjelaskan bahwa jika bayi kurang mendapatkan nutrisi akan mengalami hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.
    Bidan menjelaskan kepada keluarga bahwa kondisi bayi memerlukan rujukan namun bayi harus tetap mendapatkan ASI selama diperjalanan menuju tempat rujukan. Ny. Tasya dan suami bersedia untuk dilakukan rujukan terhadap bayi dan menyatakan harapan  agar bayinya kembali sehat.
    Bagaimanakah saudara menjelaskan tentang skenario diatas?

STEP I

KLASIFIKASI TERMINOLOGI

1.Seborhea adalah suatu peradangan kulit bagian luar atas yang menyebabkan timbulnya sisik pada kulit kepala wajah dan kadang bagian tubuh lainnya.
2.Hemagioma adalah tumor jinak yang disebablan oleh pertumbuhan abnormal pembuluh darah.
3. Hipoglikemia adalah gangguan kesehatan yang terjadi ketika kadar gula darah berada dibawah normal.
4. Hiperbilirubinemia adalah kelainan akumulasi kadar bilirubin dalam darah.

STEP II

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apakah penyebab bayi tidak mau menyusui ?
2. Bagaimana hubungan ibu yang merokok dan menggunakan narkoba dengan bayi yang dilahirkannya ?
3. Apakah perawatan yang dapat diberikan bidan kepada  BBLR ?
4.Apakah dampak negatif dari BBLR ?
5. Apa saja penyebab dari Sebarhoea ?
6. Bagaimana perawatan Sebarhoea pada bayi ?
7. Apakah penyebab penyakit ikterik derajat dua pada bayi Ny. Tasya ?
8. Apa saja mamfaat metode kangguru ?
9. Mengapa bayi yang kurang gizi mengalamai Hipoglikemia dan hiperbilirubinemia ?
10.Bagaimana bentuk  nutrisi pada BBLR ??
11.Bagaimana askeb dalam penanggulangan hipoglikemia dan hiperbilirubinemia ?
12. Mengapa bidan menganjurkan agar bayi selalu mendapatkan asi saat dilakukan perjalanan rujukan ?
13. bagaimana peranan asi bagi bagi yang ikterik dan BBLR ?
14. Apa saja indikasi dimana bayi harus dilakukna rujukan ?


STEP III

ANALISIS MASALAH

1.Apakah penyebab bayi tidak mau menyusui ?
Karena bayi yang mengalami hiperbilirubin mengakibatkan bayi susah tidur dan mengganggu beberapa kerja sistem organ tidak terkecuali sistem kerja saraf yang menyebabkan bayi kurang dalam menyusui. Dan penyebab lain adalah stress.
2. Bagaimana hubungan ibu yang merokok dan menggunakan narkoba dengan bayi yang dilahirkannya ?
    Saat didalam rahim, zat berbahaya didalam rokok dapat menembus plasenta yang menyakibatkan bayi mengalami BBLR. Berkurangnya sistem saraf pusat dan mengakibatkan sistem saraf pusat tersebut terganggu.Pertumbuhan dan perkembangan BBL ternganggu.
3.Apakah perawatan yang dapat diberikan bidan kepada  BBLR ?
- Meningkatkan nutrisi 1000 hari kehamilan. Dengan cara konseling kepada Bumil.
- Menganjurkan kepada ibu untuk memberikan Asi Eklusif kepada bayi jika lahir kelak.
- Mengedukasi ibu bahaya dari BBLR
4.Apakah dampak negatif dari BBLR ?
- Mengalami hambatan pada pertumbuhan
- Resiko mordibitas yang tinggi.
- Kerusakan fungsi syaraf dan neurologis.
- Mengurangi IQ dan menghambat pertumbuhan otak.
- Mudah terpapar infeksi dan penyakit lainnya,
- Tertular penyakit sistem pernafasan.
5.Apa saja penyebab dari Sebarhoea ?
Penyebabnya adalah lemak yang berlebihan pada kulit kepala dan lain sebagainya.
6. Bagaimana perawatan Sebarhoea pada bayi ?
Dengan mencuci kulit kepala bayi dengan sampo yang lembut dan diolesi dengan cream hidrocortisone. Selama masih ada sisik kulit kepala dicuci setiap hari dengan sampo lembut. Setelah sisik hilang cukup cuci rambut dua kali seminggu.
7. Apakah penyebab penyakit ikterik derajat dua pada bayi Ny. Tasya ?
Terjadinya peningkatan bilirubin yang tidak terkontrol.
8. Apa saja mamfaat metode kangguru ?
- Meningkatkan bounding attachment bayi dengan ibu.
- Menjaga kehangantan pada bayi.
- Meningkatkan berat badan bayi.-
9. Mengapa bayi yang kurang gizi mengalamai Hipoglikemia dan hiperbilirubinemia ?
Karena jika bayi kurang mendapatkan nutrisi akan menghambat beberapa fungsi dari kerja organ di dalam tubuh.
10.Bagaimana bentuk  nutrisi pada BBLR ??
Nutrisi yang terbaik pada BBLR adalah asi eklusif dari ibu sang bayi itu tersebut.
11.Bagaimana askeb dalam penanggulangan hipoglikemia dan hiperbilirubinemia ?
Dengan melakukan rujukan kepada tenaga ahli yang berwenang di dalamnya.
12. Mengapa bidan menganjurkan agar bayi selalu mendapatkan asi saat dilakukan perjalanan rujukan ?
Agar bayi tersebut tidak kekurangan nutrisi selama dilakukan perjalann rujukan.
13. bagaimana peranan asi bagi bagi yang ikterik dan BBLR ?
Sangat membatu dalam proses pemulihan kesehatan bayi. Karena makanan yang paling baik bagi bayi baru lahir dan yang mengalami ikterik adalah asi eklusif ibunya.
14. Apa saja indikasi dimana bayi harus dilakukna rujukan ?
- BBLR < 2000 gr
- Bayi mengalami kejang – kejang dan gangguan nafas.
- Bayi mengalami cacat bawaan
- Bayi dengan infeksi berat.


STEP V

LEARNING OBJECTIVES (LO)   

1.Mahasiswa mampu menjelaskan permasalahan yang terjadi pada BBLR (konsep)
2.Mahasiswa mampu menjelaskan konsep BBLR
3.Mahasiswa mampu menjelaskan kelainan kongenital dan penatalaksanaanya
4.Mahasiswa mampu menjelaskan nutrisi bagi bayi kebutuhan khusus, resiko tinggi dan komplikasi
5.Mahasiswa mampu menjelaskan gejala bayi dengan kebutuhan khusus ( ibu dengan riwayat life style buruk)
6.Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan kebidanan pada neonatus resiko tinggi, kebutuhan khusus, atau komplikasi
7.Mahasiswa mampu menjelaskan persiapan awal dan rujukan bagi bayi bermasalah/ komplikasi
STEP VI
SHARING INFORMATION
1.Mahasiswa mampu menjelaskan permasalahan yang terjadi pada BBLR (konsep)
a.    Kejang
    Pengertian kejang
        Kejang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai. Kejang yang terjadi pada bayi baru lahir adalah kejang yang terjadi pada bayi baru lahir sampai dengan usia 28 hari. Kejang pada BBL merupakan keadaan darurat karena kejang merupakan suatu tanda adanya penyakit sistem saraf pusat (SSP), kelainan metabolik atau penyakit lain. Kejang pada bayi baru lahir sering tidak dikenali karena berbeda dengan kejang pada anak dan dewasa. Hal ini disebabkan karena ketidakmatangan organisasi korteks pada bayi baru lahir.
    Masalah yang ditimbulkan
    - Kejang pada BBL sering berhubungan dengan penyakit yang berat dan memerlukan penanganan yang lebih spesifik.
    - Kejang pada BBL sering memerlukan intervensi khusus seperti pemberian bantuan nutrisi dan respirasi yang berhubungan dengan penyakit yang bersangkutan.
    - Harus berhati-hati karena pada keadaan tertentu, kejang pada BBL dapat mengakibatkan kelainan pada otak.
    - Kejang yang terjadi terus menerus menyebabkan hipoksia serebral progresif, perubahan aliran darah otak, edema cerebral dan asidosis laktat. Perubahan tersebut tampak pada pemeriksaan USG Dopler dan spektroskopi resonansi magnetik.
    Etiologi kejang pada BBL
    Beberapa penyebab kejang pada bayi baru lahir, diantaranya :
    Komplikasi perinatal dapat berupa : hipoksi-iskemik ensefalopati; biasanya kejang timbul pada 24 jam pertama kelahiran, perdarahan intrakranial, dan trauma susunan saraf pusat yang dapat terjadi pada persalinan presentasi bokong, ekstrasi cunam atau ekstrasi vakum berat .
    Kejang bayi dengan asfiksia disertai kelainan metabolisme seperti: hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesemia, hiponatremia, dan hipernatremia. Hiperbilirubinemia, ketergantungan piridoksin, dan kelainan metabolisme asam amino. Kejang dengan penyebab ini dapat terjadi 24-48 jam pertama.
    Kejang yang terjadi pada hari ke-7 hingga hari ke-10, dapat disebabkan adanya infesi dari bakteri dan virus seperti TORCH dan Tetanus Neonatorum.
Patofisiologi kejang pada BBL
        Dalam keadaan normal, membran sel neuron dapat dilalui oleh ion K, ion Na, dan elektrolit seperti Cl. Konsentrasi K+ dalam sel neuron lebih tinggi daripada di luar sel, sedangkan konsentrasi Na+ di dalam sel lebih rendah daripada di luar sel. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan potensial membran.
    Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 derajat celcius akan menyebabkan metabolisme basal meningkat 10 – 15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. Jadi pada kenaikan suhu tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun natrium melalui membran, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel lainnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga terjadi kejang.
b. Hipotermi
    Pengertian hipotermi pada BBL
        Hipotermia didefinisikan sebagai suhu inti tubuh di bawah 36oC (Rutter 1999). Saat suhu tubuh berada di bawah tingkat ini, bayi beresiko mengalami stres dingin (Fraser & Cooper.ed, 2009). Menurut Sarwono (2002), gejala awal hipotermia apabila suhu < 36oC atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi  sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32oC – 36oC). Disebut hipotermia kuat bila suhu tubuh <32oC. Hipotermia pada BBL adalah suhu di bawah 36,5oC, yang terbagi atas hipotermia ringan (cold stress) yaitu suhu antara 36-36,5oC, hipotermia sedang yaitu suhu antara 32-36oC, dan hipotermia berat yaitu suhu tubuh <32oC.
    Etiologi hipotermi pada BBL
    Beberapa penyebab hipotermi pada BBL diantaranya:
    Penurunan Produksi Panas
    Hal ini dapat disebabkan kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi penurunan basal metabolisme tubuh, sehingga timbul proses penurunan produksi panas, misalnya pada keadaan disfungsi kelenjar tiroid, adrenal ataupun pituitaria.
    Peningkatan Panas yang Hilang
    Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar, dan tubuh kehilangan panas.
 Adapun mekanisme tubuh kehilangan panas dapat terjadi secara :
    Konduksi
    Konveksi
    Radiasi
    Patofisiologi hipotermi pada BBL
Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan memberikan respon untuk menghasilkan panas berupa :
    Shivering thermoregulation/ST
    Merupakan mekanisme tubuh berupa menggigil atau gemetar secara involunter akibat dari kontraksi otot untuk menghasilkan panas.
    Non- Shivering thermoregulation/NST
    Merupakan mekanisme yang dipengaruhi oleh stimulasi sistem saraf simpatis untuk menstimulasi proses metabolik dengan melakukan oksidasi terhadap jaringan lemak coklat. Peningkatan metabolisme jaringan lemak coklat akan meningkatkan produksi panas dari dalam tubuh.
    Vasokonstriksi perifer
    Mekanisme ini juga distimulasi oleh sistem saraf simpatis, kemudian sistem saraf perifer akan memicu otot sekitar arteriol kulit untuk berkontraksi sehingga terjadi vasokonstriksi. Keadaan ini efektif untuk mengurangi aliran darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas yang tidak berguna.
c. Hiperbilirubinemia
    Pengertian hiperbilirubin pada BBL
        Hiperbilirubin adalah keadaan icterus yang terjadi pada bayi baru lahir, yang dimaksud dengan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga terjadi perubahaan warna menjadi kuning pada kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya. (Ngastiyah, 2000) Nilai normal: bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
    Etiologi dan faktor resiko hiperbilirubin
    Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
    Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah merah.Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula timbul karena adanya perdarahan tertutup.
    Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan tertentu.
    Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah seperti : infeksitoxoplasma, Siphilis.
d. Hipoglikemia
    Pengertian hipoglikemia pada BBL
        Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara abnormal rendah. Istilah hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hepoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi pada neonatus umur 1 – 2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak mendapatkan lagi glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar glukosa darah yang menurun.
    Etiologi hipoglikemia pada BBL
    Secara garis besar hipoglikemia dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan dan produksi glukosa kurang.
    Kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan.
    Hiperinsulinisme (bayi dari ibu penderita diabetes), hipoglikemia hiperinsulinisme menetap pada bayi, tumor yang memproduksi insulin dan child abuse. Hiperinsulinisme menyebabkan pemakaian glukosa yang berlebihan terutama akibat rangsangan penggunaan glukosa oleh otot akibat sekresi insulin yang menetap. Kelainan ini diketahui sebagai hipoglikemia hiperinsulin endogen menetap pada bayi yang sebelumnya disebut sebagai nesidioblastosis.
    Kelainan yang menyebabkan kurangnya produksi glukosa
2.Mahasiswa mampu menjelaskan konsep BBLR
Pengertian BBLR
        Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, 2010).
    Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram sampai dengan 2499 gram (Hassan, 2005). 
Klasifikasi BBLR
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010):
Menurut harapan hidupnya
    Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
    Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500 gram.
    Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1000 gram.
Menurut masa gestasinya
    Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
    Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
Faktor penyebab BBLR
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati,2010).
1.Faktor ibu
Penyakit
    Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
    Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
    Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2.Faktor janin
 meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
3. Faktor plasenta
    Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
Tanda dan gejala klinis BBLR
Secara umum gambaran klinis pada bayi berat badan lahir rendah sebagai berikut:
    Berat badan lahir < 2500 gram, panjang badan £ 45 Cm, lingkar dada < 30 Cm, lingkar kepala < 33 Cm.
    Masa gestasi < 37 minggu
    Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi; kepala relatif lebih besar dari badan, kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit, osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutu lebar, genetalia immatur, otot masih hipotonik sehingga tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi, dan kepala menghadap satu jurusan.
    Lebih banyak tidur dari pada bangun, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering terjadi apnea, refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna (Wong, 2004).
Patofisiologi BBLR
        Menurunnya simpanan zat gizi.Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral, seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.Dengan demikian bayi preterm mempunyai peningkatan potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan anemia.Meningkatnya kkal untuk bertumbuh.BBLR memerlukan sekitar 120 kkal/ kg/hari, dibandingkan neonatus aterm sekitar 108 kkal/kg/hari.
Komplikasi BBLR
    Sindroma aspirasi mekonium (kesulitan bernafas).
    Hipoglikemi simtomatik.
    Asfiksis neonatorum
    Penyakit membran hialin.
    Hiperbilirubinemia.
    Sepsis neonatorum.

3.Mahasiswa mampu menjelaskan kelainan kongenital dan penatalaksanaanya
1. Labioskizis dan Labiopalatoskizis
        Labioskizis atau labiopalatiskizis merupakan konginetal anomaly yang berupa kelainan bentuk pada struktur wajah, yang terjadi karena kegagalan proses penutupan procesus nasal medial dan maxilaris selama perkembangan fetus dalam kandungan.
    Penatalaksanaan :
    • Tergantung pada beratnya kecacatan
    • Pertahankan pemberian nutrisi yang adekuat
    • Cegah terjadinya komplikasi
    • Dilakukan pembedahan
2. Atresia Esophagus
    Atresia esophagus adalah gangguan pembentukan dan pergerakan lipatan pasangan kranial dan satu lipatan kaudal pada usus depan primitif.
    Penatalaksanaan :
    • Pertahankan posisi bayi atau pasien dalam posisi tengkurap, bertujuan untuk meminimalkan terjadinya aspirasi
    • Pertahankan keefektifan fungsi respirasi
    • Dilakukan tindakan pembedahan
3. Atresia Rekti dan Atresia Anus
    Atresia rekti yaitu obstruksi pada rektum (sekitar 2 c dari batas kulit anus). Pada pasien ini, umumnya memiliki kanal dan anus yang normal
    Atresia anus yaitu obstruksi pada anus.
    Penatalaksanaan :
    Dilakukan tindakan kolostomi
4. Hirschprung
    Hirschprung merupakan kelainan konginetal berupa obstruksi pada sistem pencernaan yang disebabkan oleh karena
Labioskizis atau labiopalatiskizis merupakan konginetal anomaly yang berupa kelainan bentuk pada struktur wajah, yang terjadi karena kegagalan proses penutupan procesus nasal medial dan maxilaris selama perkembangan fetus dalam kandungan.
    Penatalaksanaan :
    • Tergantung pada beratnya kecacatan
    • Pertahankan pemberian nutrisi yang adekuat
    • Cegah terjadinya komplikasi
    • Dilakukan pembedahan
2. Atresia Esophagus
    Atresia esophagus adalah gangguan pembentukan dan pergerakan lipatan pasangan kranial dan satu lipatan kaudal pada usus depan primitif.
    Penatalaksanaan :
    • Pertahankan posisi bayi atau pasien dalam posisi tengkurap, bertujuan untuk meminimalkan terjadinya aspirasi
    • Pertahankan keefektifan fungsi respirasi
    • Dilakukan tindakan pembedahan
3. Atresia Rekti dan Atresia Anus
    Atresia rekti yaitu obstruksi pada rektum (sekitar 2 c dari batas kulit anus). Pada pasien ini, umumnya memiliki kanal dan anus yang normal
    Atresia anus yaitu obstruksi pada anus.
    Penatalaksanaan :
    Dilakukan tindakan kolostomi
4. Hirschprung
    Hirschprung merupakan kelainan konginetal berupa obstruksi pada sistem pencernaan yang disebabkan oleh karena
karena menurunnya kemampuan motilitas kolon, sehingga mengakibatkan tidak adanya ganglionik usus
Penatalaksanaan :
    Pengangkatan aganglionik (usus yang dilatasi)
     Dilakukan tindakan Colostomi
     Pertahankan pemberian nutrisi yang adekuat
5. Obstruksi Billiaris
Obstruksi billiaris adalah tersumbatnya saluran kandung empedu karena terbentuknya jaringan fibrosis.
Penatalaksanaan
    Pembedahan
6. Atresia Duodeni
    Atresia Duodeni adalah obstruksi lumen usus oleh membran utuh, tali fibrosa yang menghubungkan dua ujung kantong duodenum yang buntu pendek, atau suatu celah antara ujung-ujung duodenum yang tidak bersambung
Penatalaksanaan
– Pemberian terapi cairan intravena
–  Dilakukan tindakan duodenoduodenostomi
7.  Fimosis
    Fimosis merupakan pengkerutan atau penciutan kulit depan penis atau suatu keadaan normal yang sering ditemukan pada bayi baru lahir atau anak kecil, dan biasanya pada masa pubertas akan menghilang dengan sendirinya.
    Penatalaksanaan:
    Dilakukan tindakan sirkumsisi

4.Mahasiswa mampu menjelaskan nutrisi bagi bayi kebutuhan khusus, resiko tinggi dan komplikasi
Nutrisi pada bayi prematur
    Nutrisi Panenteralè Perkembangan nutrisi setelah lahir sangat tergantung pada keadaan maturitas dan  berat badan lahir. Pada bayi prematur dengan berat badan lahir sangat rendah,  pemberian nutrisi parenteral harus diberikan sebelum pemberian makanan secara  enteral dapat diberikan dengan baik. Pemberian nutrisi parenteral baik  secara total (NPT) ataupun parsial (NPP), telah merupakan sarana penunjang utama  dalam perawatan. ChuSekitar 80% unit perawatan intensif  memberikan NP pada minggu pertama perawatan BBLSR.
    nutrisi ekstra èASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Tapi kadang bayi prematur perlu nutrisi ekstra.
    Fortifiers è  Dokter akan menyarankan fortifiers untuk sementara waktu. Ini ditambahkan ke ASI dan mengandung protein ekstra, mineral dan vitamin. Fortifiers dimaksudkan untuk membantu bayi tumbuh dan mengembangkan tulang yang kuat. Bayi hanya perlu fortifiers untuk sementara waktu.
    Probiotik èProbiotik mungkin melindungi bayi prematur dari infeksi usus yang berbahaya. Probiotik adalah suplemen yang mengandung bakteri bermanfaat atau ragi. Dalam beberapa penelitian, probiotik mengurangi risiko enterocolitis necrotising, infeksi yang dapat mempengaruhi usus bayi prematur.
    Vitamin dan suplemen mineral è Tambahan vitamin dan mineral yang dianjurkan untuk beberapa bayi. Jika ASI adalah susu hanya bayi , ia akan membutuhkan suplemen vitamin D sampai berhenti menyusui. Dokter mungkin akan meresepkan multivitamin yang mencakup vitamin D. Bayi prematur cenderung memiliki toko besi yang rendah, dan perawat, dan dokter mungkin perlu untuk mengambil sampel darah sering untuk tes. Bayi akan membutuhkan suplemen zat besi sampai sekitar satu tahun setelah kelahirannya. Pada saat itu, bayi harus memiliki tiga kali makan padat sehari. Para dokter, perawat atau ahli diet mungkin menyarankan suplemen lainnya untuk bayi.
Nutrisi BBLR
    Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-550 ml/kg/hari atau 100-120 cal/kg/hari.Pemberian dilakukan secara bertahap
    sesuai dengan kemampuan bayi untuk sesegera mungkin mencukupi kebutuhan cairan atau kalori.
Kebutuhan minum pada neonatus
    Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
    Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
    Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
    Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari

5.Mahasiswa mampu menjelaskan gejala bayi dengan kebutuhan khusus ( ibu dengan riwayat life style buruk)
Gejala bayi dengan ibu merokok
    Prematur
    Salah satu bahaya merokok saat hamil adalah membuat ibu melahirkan bayi secara prematur. Hal itu diakibatkan oleh kandungan nikotin pada rokok bisa membuat bayi tidak bisa bertahan lama di dalam rahim, sehingga sebelum usia bayi menginjak 37 minggu (perkembangan janin 9 bulan) bayi sudah lahir ke dunia ini.
    Berat Badan Rendah
    Bayi dengan berat badan yang rendah bisa menyerang bayi yang dilahirkan secara prematur. Bayi dikatakan memiliki berat badan rendah jika berat bayi kurang dari 2,5 kg atau setara dengan 2.500 gram. Tidak hanya berat badan saja yang rendah, namun organ bayi juga belum berkembang secara sempurna.
    Bayi Rentan Terkena Infeksi
    Berbagai zat berbahaya di dalam rokok bisa menyebabkan bayi di dalam kandungan terkena infeksi. Infeksi itu berupa infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran pencernaan dan masih banyak lagi lainnya. Infeksi ini bisa dialami oleh perokok aktif maupun dengan perokok pasif.
    Gangguan Jantung
    Saat ibu hamil memasuki usia kehamilan 4 sampai 5 minggu (perkembangan janin 2 bulan) bisa terkena gangguan jantung atau kelinan jantung. Penyebabnya adalah racun pada rokok bisa mengganggu dan juga merusak pembuluh darah yang ada di jantung. Akibatnya jantung dan juga pembuluh darahnya akan mengalami gangguan dan juga kelainan.
    Keguguran
    Ibu yang merokok saat kehamilan bisa mengalami keguguran saat hamil. Alasannya adalah saat janin masih berusia sangat muda, janin tersebut sudah terkontaminasi dengan racun dan berbagai macam zat berbahaya di dalam rokok.
    Janin Mati Di Dalam Kandungan
    Efek bahaya merokok saat hamil adalah menyebabkan bayi atau janin mati di dalam kandungan. Sehingga saat dilahirkan ke dunia ibu tersebut melahirkan janin yang telah mati di dalam kandungannya akibat terkena racun berbahaya dari rokok.
otot sehingga menyebabkan anak memiliki otot yang lemas, cacat jantung serta cacat di bagian organ lainnya.
Gejala bayi dengan ibu peminum alkohol
    Menyakiti Bayi
    Alkohol yang anda minum bisa secara tidak langsung menyakiti bayi anda di dalam kandungan. Hal itu dikarenakan saat meminum alkohol zat di dalam alkohol itu bisa masuk ke dalam air ketuban dan terpapar dengan tubuh bayi secara langsung. Organ bayi yang belum kuat untuk menerima zat keras dalam alkohol bisa tersakiti.
    Merusak Organ Bayi
    Organ bayi masih dalam perkembangan dan masih rentan terhadap zat kimia dan zat berbahaya yang masuk ke dalam tubuh. Kandungan di dalam alkohol sangat berbahaya bagi organ bayi karena mengkonsumsi alkohol secara berkesinambungan bisa merusak organ bayi sedikit demi sedikit.
    Mengganggu Perkembangan Organ
    Bayi yang ada di dalam rahim seorang ibu pecandu alkohol bisa memiliki organ yang tidak berkembang dengan sempurna. Penyebabnya adalah zat berbahaya di dalam alkohol bisa mengganggu perkembangan janin, sehingga organ bayi tidak bisa menjalankan sebagaimana fungsinya.
    Cacat Bawaan
    Bahaya alkohol saat hamil yang dikonsumsi oleh ibu, bisa menyebabkan bayi yang ada di dalam kandungan mengalami cacat bawaan, sehingga sampai besar bayi tersebut akan mengalami kecacatan. Entah itu cacat fisik maupun cacat secara mental.
    Gangguan Syaraf Otak
    Ibu hamil yang mengkonsumsi alkohol selama kehamilannya bisa membuat perkembangan syaraf otak janin tersebut terganggu. Alkohol juga bisa membuat syaraf otak bayi menjadi terganggu. Jika syaraf otak bayi terganggu tentu saja akan berpengaruh pada pola pikir bayi dan juga kemampuan konsentrasi pada bayi tersebut. Syaraf otak merupakan syaraf pusat, jika syaraf pusatnya terganggu tentu saja membuat syaraf-syaraf yang berpusat pada syaraf otak juga menjadi terganggu.
    Fetal Alcohol Spectrum Disorders
    Efek nyata dari bahaya alkohol adalah membuat bayi yang anda lahirkan akan mengalami FASDS / fetal alcohol spectrum

6.Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan kebidanan pada neonatus resiko tinggi, kebutuhan khusus, atau komplikasi
    Prinsip Dasar
    Apabila setelah dilahirkan bayi menjadi sakit atau gawat dan membutuhkan fasilitas dan keahlian yang lebih memadai, bayi harus dirujuk. Keputusan untuk merujuk bayi baru lahir sebaiknya dibuat oleh petugas pelayanan kesehatan (perawat/bidan/dokter) atas dasar kesepakatan dengan keluarga. Setiap petugas pelayanan kesehatan harus mengetahui kewenangan dan tanggung jawab tugas masing-masing sesuai dengan jenjang pelayanan kesehatan tempatnya bertugas.
Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelaksanaan Rujukan:
    Berfungsinya mekanisme rujukan dari tingkat masyarakat dan puskesmas hingga rumah sakit tempat rujukan
    Adanya komunikasi dua arah antara yang merujuk dan tempat rujukan
    Tersedianya tenaga kesehatan yang mampu, terampil dan siaga selama 24 jam
    Tersedianya alat kesehatan dan obat-obatan sesuai kebutuhan di tempat yang merujuk dan tempat rujukan
    Tersedianya sarana angkutan/transportasi selama 24 jam
    Bagi keluarga tidak mampu tersedia dukungan dana untuk transport, perawatan dan pengobatan di rumah sakit
    Tersediannya dana intensif bagi petugas kesehatan yang siaga 24 jam.
Tanggung jawab petugas dalam pelaksanaan rujukan:
    Persiapan rujukan yang memadai
    Penerangan kepada orang tua atau keluarga mengenai penyakit yang ditemukan atau diduga
    Izin rujukan atau tindakan lain yang akan dilakukan
    Pemberian identifikasi, data (riwayat kehamilan, kelahiran, penyakit) yang ada, yang sudah dilakukan dan yang mungkin diperlukan (hasil laboratorium, foto rontgen, contoh darah ibu)
    Stabilisasi keadaan vital janin/bayi baru lahir selama perjalanan ke tempat rujukan
    Pembinaan kemampuan dan keterampilan teknis petugas puskesmas oleh dokter spesialis kebidanan dan anak dalam penanganan kasus rujukan neonatus sakit, minimal sekali setiap 3 bulan. Bentuk kegiatannya berupa :
    - Telaah (review) kasus rujukan
    - Audit maternal-perinatal/neonatal
    - Konsultasi dokter spesialis serta kunjungan dokter spesialis
    Penerapan prosedur tetap(protokol) pelayanan esensial dan tata laksana penyakit pada neonatus di setiap jenjang pelayanan kesehatan
7.Mahasiswa mampu menjelaskan persiapan awal dan rujukan bagi bayi bermasalah/ komplikasi
Indikasi Rujukan Bayi Baru Lahir
Kondisi/tanda-tanda berikut ini merupakan indikasi rujukan (disesuaikan dengan fasilitas setempat), yaitu :
    Bayi berat lahir rendah < 2.000 gram
    Bayi tidak mau minum ASI
    Tangan dan kaki bayi teraba dingin
    Bayi mengalami gangguan/kesulitan bernafas
    Bayi mengalami perdarahan atau tersangka perdarahan
    Bayi mengalami kejang-kejang
    Bayi mengalami gejala ikterik yang meningkat
    Bayi mengalami gangguan saluran cerna disertai muntah-muntah, diare atau tidak buang air besar sama sekali dengan perut membuncit
    Bayi menunjukkan tanda infeksi berat seperti meningitis atau sepsis
    Bayi menyandang kelainan bawaan
Prosedur Pelaksanaan Rujukan Bayi
    Stabilisasi kondisi bayi pada saat transportasi
        Rujukan berhasil apabila kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi baru lahir dapat ditekan serendah-rendahnya. Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : Sebelum bayi dirujuk, diperlukan stabilisasi keadaan umum bayi dengan tujuan agar kondisi bayi tidak bertambah berat dan meninggal di jalan. Adakalanya stabilisasi lengkap tidak dimungkinkan akan tetapi perlu diperhatikan bahwa merujuk bayi dalam keadaan tidak stabil membahayakan dan tidak dianjurkan. Karena itu seharusnya dilakukan usaha stabilisasi semaksimal mungkin sesuai dengan kewenangan dan kemampuan fasilitas. Bayi dinyatakan dalam keadaan stabil apabila suhu tubuh, tekanan darah, cairan tubuh dan oksigenisasi cukup.
Beberapa penanganan stabilisasi sebelum pengiriman sebagai berikut :
    Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus untuk memberikan cairan
    Bayi dengan kejang-kejang perlu diberi pengobatan antikonvulsi terlebih dahulu agar kondisi bayi tidak bertambah berat
    Bayi sesak nafas dengan sianosis harus diberi oksigen
    Suhu tubuh bayi dipertahankan agar tetap hangat dalam batasan normal (36,5-37,5 C) dengan menggunakan termometer yang dapat membaca suhu rendah. Jika suhu bayi kurang panas , sedangkan fasilitas inkubator tidak ada, bayi dapat digendong dengan cara kangguru oleh ibu, ayah atau anggota keluarganya, atau bayi dibungkus dengan selimut plastik, atau diantara selimut pembungkus bayi diletakkan aluminium foil. Salah satu cara mempertahankan suhu tubuh bayi adalah dengan Metode kangguru.
    Pemeriksaan gula darah apabila memungkinkan dilakukan dengan dekstrostiks dan apabila hasilnya menunjukkan hipoglikemi pemberian infus disesuaikan.
    Bayi yang muntah-muntah atau kejang atau mengalami aspirasi sebaiknya dipasang selang masuk ke dalam lambung (selang nasogastrik) untuk dekompresi.
    Jejas yang terbuka seperti meningocele, gastroskikis, ditutup dengan kasa yang dibasahi dengan cairan NaCl 0,9 % hangat.
    Keadaan usaha menstabilkan ini harus dipertahankan selama dalam perjalanan. Bila keadaan bayi tidak stabil, tidak dianjurkan membawa bayi ke fasilitas rujukan karena akan membahayakan jiwanya.
    Hubungan kerjasama antara petugas yang merujuk dan petugas di tempat rujukan
            Selama bayi dalam perjalanan, petugas yang merujuk perlu menghubungi petugas di tempat rujukan untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi bayi. Hubungan tersebut dapat melalui fasilitas komunikasi cepat yang tersedia di puskesmas atau kecamatan, misalnya : radio komunikasi, telepon, kurir, dan sebagainya. Dengan adanya informasi tersebut, petugas di tempat rujukan mempunyai cukup waktu untuk menyiapkan segala kebutuhan, sehingga kasus rujukan langsung dapat ditangani. Setiap tempat rujukan  harus selalu siap siaga 24 jam untuk menerima kasus rujukan. Keluarga atau petugas kesehatan yang mendampingi bayi harus menyerahkan surat/kartu rujukan, melengkapi identitas dan keterangan mengenai penyakit serta melaporkan kadaan penderita selama dalam perjalanan.
    Umpan balik rujukan dan tindak lanjut kasus pascarujukan
            Tempat rujukan mengirim umpan balik mengenai keadaan bayi beserta anjuran tindak lanjut paska rujukan terhadap bayi ke petugas yang merujuk (puskesmas/polindes). Tindak lanjut paska rujukan bayi sakit dilaksanakan oleh bidan di desa atau petugas daerah binaan pendekatan perawatan kesehatan masyarakat.
    Mekanisme rujukan
            Sistem rujukan pelayanan kegawatdaruratan maternal neonatal mengacu pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif, dan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan fasilitas pelayanan. Setiap kasus dengan kegawatdaruratan neonatal yang datang ke puskesmas harus langsung dikelola.setelah dilakukan stabilisasi kondisipasien, kemudian ditentukan apakah pasien akan dikelola di tingkat Puskesmas pelayanan yang lebih baik sesuai dengan tingkat kegawatdaruratanya


DAFTAR PUSTAKA

         Djuanda Adhi , budimulja Vander , “Dermatitis Seboro” dan “Tinea kapitis”, dalam djuanda Adni, ilmu penyakit kulit dan kelamin, Fakultas kedokteran indonesia, edisi ketiga, hal 93-96, 183-185 , Balai Penasik FKUI, Jakarta, 2002.
Yayasan Bina Pustaka. Sarwono 2016.  Ganguan bayi dengan resiko tinggi.
Modul Siaga Bencana Maternal Neonatal Rujukan Kasus Gawat Darurat Neonatal.


JIka Sobat ingin mendapatkan semua makalah yang ada di website ini secara gratis siilahkan klik tombol Subscribe yang ada dibawah ini, dan Perlu diketahui Setelah Sobat Mendaftarkan Email Jangan Lupa Konfirmasi Link yang di Kirim Ke Email Agar Pemberitahuannya Aktif:

0 Response to "LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2 : ANAK KEDUA"

Post a Comment