MAKALAH JEJAS PADA SEL, LUKA, JENIS-JENIS LUKA dan PROSES PENATALAKSANAAN LUKA YANG TERKAIT SISTEM REPRODUKSI

MAKALAH DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK 2.B MINGGU 2

“JEJAS PADA SEL, LUKA, JENIS-JENIS LUKA dan PROSES PENATALAKSANAAN LUKA YANG TERKAIT SISTEM REPRODUKSI”


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Sel normal merupakan mikrokosmos yang berdenyut tanpa henti. Secar tetap mengubah struktur dan fungsinya untuk memberi reaksi terhadap tantangan dan rintangan yang selalu berubah. Dalam bereaksi terhadap tekanan yang berta maka sel akan menyesuaikan diri kemudia terjadi jejas sel atau cedera sel yang akan dapat pulih kembali dan jika tidak  dapat pulih sel tersebut akan mengalami kematian sel.
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagaikondisi lingkungan sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), senasi, eksresi dan metabolisme.
Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu atau Ph, zat kimia dan gesekan , trauma, tekanan, dan radiasi.
Untuk memulai perawatan luka, pengkajian awal yang harus dijawab adalah apakah luka gtersebut bersih atau ada jaringan nekrotik yang harus dibuang. Apakah ada tanda klimik yang melihatkan masalah infeksi dan lain –lain.

B.    RUMUSAN MASALAH
1.    Apakah pengertian jejas sel pada sel ?
2.    Apa itu luka, dan jenis-jenisnya ?
3.    Bagaimana proses penyembuhan lukan ?
4.    Bagaimana penatalaksanaan luka yang terjadi terkait sistem reproduksi ?

C.    TUJUAN PENULISAN
1.    Mengetahui pengertian jejas pada sel.
2.    Mengetahui pengertian luka dan jenis-jenis nya.
3.    Menjelaskan proses penyembuhan luka.
4.    Menjelaskan penatalaksanaan luka yang terjadi terakit sistem reproduksi.

Baca Juga


BAB II
   ISI

A. PENGERTIAN JEJAS PADA SEL

Jejas sel adalah suatu keadaan dima sel beradaptasi secara berlebih/sebaliknya. Sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi seacara normal.

B. PENGERTIAN LUKA DAN JENIS-JENISNYA
a.    Jenis luka Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka :
− Clean Wounds (Luka bersih):
    Yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
− Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi):
    Merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kem ungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
− Contamined Wounds (Luka terkontaminasi):
    Termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
− Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi):
    Yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka

b.    berdasarkan kedalaman dan luasnya luka, dibagi menjadi :


Stadium I : Luka Superfisial “Non-Blanching Erithema”
Yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
Stadium II : Luka “Partial Thickness” :
Yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
Stadium III : Luka “Full Thickness” :
Yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan. yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak  jaringan sekitarnya.
Stadium IV : Luka “Full Thickness”
Yaitu luka yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

c. menurut waktu penyembuhan
1. Luka akut :
    Yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.
2. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.

C. PROSES PENYEMBUHAN LUKA

    Tubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan jalan “proses peradangan” yang dikarakteristikkan dengan lima tanda utama: bengkak (swelling), kemerahan (redness), panas (heat), nyeri (pain) dan kerusakan fungsi (impaired function). Proses penyembuhannya mencakup beberapa fase :

a. Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan  yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan  perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Pada awal fase ini kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi sebagai hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan “substansi vasokonstriksi” yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi. Selanjutnya terjadi penempelan endotel yang akan menutup pembuluh darah. Periode ini berlangsung 5-10 menit dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler akibat stimulasi saraf sensoris (Local sensory nerve endding), local reflex action dan adanya substansi vasodilator (histamin, bradikinin, serotonin dan sitokin). Histamin juga menyebabkan peningkatan permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi oedema jaringan dan keadaan lingkungan tersebut
menjadi asidosis.Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan : eritema, hangat pada kulit, oedema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.

b. Fase Proliferatif

    Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses reonstruksi jaringan.
    Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan proteoglycans) yang berperan dalam membangun (rekontruksi) jaringan baru. Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannya substrat oleh fibroblas, memberikan pertanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka. Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam didalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan “granulasi”.Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth faktor yang dibentuk oleh makrofag dan platelet.

c. Fase Maturasi

Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah; menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringa mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan.
Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.
Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan parut mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas normal. Meskipun proses penyembuhanluka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung pada kondisi biologis masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, diserta penyakit sistemik (diabetes mielitus).

D. PENATALAKSANAAN LUKA YANG TERJADI TERKAIT SISTEM REPRODUKSI

a.    Anamnesa

•    Riwayat penyakit umum, apakah penderita pernah menderita penyakit berat TBC, jantung, DM, dll.
•    Riwayat obstektrik, perlu diketahui riwayat kehamilan sebelumnya apakah pernah keguguran, dll. Adakah infeksi nifas dan riwayat kurataseyang dapat menjadi sumber infeksi.
•    Riwayat ginekologi, riwayat pengobatan dan penyakit. Khususnya operasi yang pernahn dialami.
•    Riwayat haid, riwayat menarche, siklius haid teratur atau tidak, banyak darah yang keluar,dan lamanya haid,dll.
•    Keluhan utama, keluhan yang dialami pasiesekarang.
•    Riwayat kb, riwayat pemakaian alat kontrasepsi alami dan buatan, hormon, non hormonal maupun kontrasepsi mantap.
•    Riwayat penyakit keluarga, perlu ditanyakan apakah keluarga pasien ada yang memiliki penyakit berat atau kronis.


b.    Pemeriksaan umum

•    Kesan umum, apakah tampak sakit, kesadaran, pucat atau tidak.
•    Pemeriksaan tanda vital, periksa TD, nadi dan suhu.
•    Pemeriksaan penunjang, pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus.

c.    Pemeriksaan khusus


•    Pemeriksaan abdomen, payudara, alat genitalia luka, inspekula, dalam, rectal, rectovaginal.

Setelah digunakan anamnesa (pemriksaan), maka dapat ditarik kesimpulan (diagnosis) : kehamialan, penyakitr kandungan, infeksi dan perdarahan tanpa sebab

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Berdasarkan makalah diatas dapat disimppulkan

1.    Jejas sel adalah cedera pada sel karena sel tidak dapat lagi beradaptasinterhadap rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama terlalu beraty. Sel dapat pulih dan cedera atau mati tergantung pada sel tersebut dan besar kecilnya serta jenis cedera. Apabila suatu sel menghalami cedera, maka sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis protein, susunan genetik dan sifat transportasinya.

2.    Penyebab sel antara lain :
a.    Hipoksia (pengurangan oksigen)
b.    Faktor fisik termasuk  trauma, panas, dingin, radiasi, dan tenaga listrik.
c.    Bahan kimia dan obat-obatan
d.    Bahan penginfeksi
e.    Reaksi imunologik
f.    Kekacauan genetik
g.    Ketidakseimbangan nutrisi
h.    Penuaan
3.    Proses adaptasi
a.    Displasia
b.    Metaplasia
c.    Hiperplasia
d.    Hipertrofi
e.    Atrofi
4.    Proese kematian sel
a.    Nekrosis
b.    Apoptosis

B.    SARAN

Hindarilah hal-hal yang dapat mengakibatkan jejas sel atau cedera sel  agar dapat terhindar dari kematian sel.


DAFTAR PUSTAKA


Alimul Hidayah, Aziz. 2008. Edisi 2 Keterampilan Dasar Praktik untuk Kebidanan. Jakarta : Salam aku Medika

Ekosistem W Nurul dan Ardiani Sulistini. 2010. KDPK Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan). Yogyakarta : Pustaka Education.
Konser B., Erb G.,  Herman A, Snyder S, Lake R dan Harvey S. 2008. Fundamentals of Nursing. Contact, procces anda pra tipe. Hal lowongan : Pearson Education.
Lynn P. 2011. Taylor's Clinical Nursing Skills. A Nursing Proses Approach. Philadelphia : Wolters Kluar Health Lippincott Williams dan Wilkins.

JIka Sobat ingin mendapatkan semua makalah yang ada di website ini secara gratis siilahkan klik tombol Subscribe yang ada dibawah ini, dan Perlu diketahui Setelah Sobat Mendaftarkan Email Jangan Lupa Konfirmasi Link yang di Kirim Ke Email Agar Pemberitahuannya Aktif:

0 Response to "MAKALAH JEJAS PADA SEL, LUKA, JENIS-JENIS LUKA dan PROSES PENATALAKSANAAN LUKA YANG TERKAIT SISTEM REPRODUKSI"

Post a Comment