MAKALAH PENGGUNAAN ANTISEPTIK dan DISENFEKTAN DALAM PRAKTEK KEBIDANAN, TEKNIK DEKONTAMINASI, CLEANING,DESINFEKSI,STERILISASI DALAM PRAKTEK KEBIDANAN

MAKALAH DISKUSI KELOMPOK KECIL

“PENGGUNAAN ANTISEPTIK dan DISENFEKTAN DALAM PRAKTEK KEBIDANAN, TEKNIK DEKONTAMINASI, CLEANING,DESINFEKSI,STERILISASI DALAM PRAKTEK KEBIDANAN”


Baca Juga




BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang


Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mnghilangkan semua mikroorganisme termasuk endospora bakeri dari benda-benda mati/instrumen. Sterilisasi dapat dilakukan dalam beberapa cara, salah satunya  dengan bahan kimia. Banyak zat kimia dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme berkisar dari unsur logam berat seperti perak dan tembaga sampai kepada molekul organik yang kompleks seperti persenyawaan amonium kuartener. Berbagai substansi tersebut menunjukkan efek anti mikrobialnya dalam berbagai cara dan terhadap berbagai macam mikroorganisme. Efeknya terhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda. Ada yang serasi dan ada yang bersifat merusak. Karena ini dan juga karena variable-variabel lain, maka perlu sekali diketahui terlebih dahulu perilaku suatu bahan kimia sebelum digunakan untuk menerapkan praktis tertentu.
Tujuan sterilisasi yaitu untuk memusnahkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme patogen termasuk spora, yang mungkin telah ada pada peralatan kedokteran dan perawatan yang dipakai. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode sterilisasi yaitu sifat bahan yang akan disterilkan.

B. Rumusan Masalah.

1.    Apa itu sterilisasi?
2.    Bagaimana perkembangan metode-metode baru untuk sterilisasi?
3.    Bagaimana teknik sterilisasi?

C. Tujuan Penulisan.

1.    Untuk mengetahui definisi sterilisasi
2.    Untuk mengetahui perkembangan metode-metode baru untuk sterilisasi?
3.    Untuk mengetahui teknik sterilisasi?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Sterilisasi

Sterilisasi adalah proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan (termasuk virus). Semua material sebagai subjek proses ini disebut sebagai bahan yang steril. Istilah steril tidak menggambarkan suatu bahan mutlak steril namun lebih tepatnya hampir tidak terdapat kehidupan karena steril tidak dapat dipastikan. Ketika sejumlah mikroorganisme terpapar terhadap suatu perlakuan sterilisasi seperti panas atau sinar UV, mereka tidak akan mati secara langsung spontan melainkan akan mati secara bertahap. Menurut Hogg (2005), secara teoretis dampak sterilisasi terhadap jumlah mikroorganisme yang homogen yaitu akan mematikannya secara eksponensial dengan kecepatan yang seragam.
Menurut Talaro dan Talaro (2002:321) pembagian jenis mikroorganisme berdasarkan ketahanannya terhadap proses steril adalah sebagai berikut:

1.   Resistensi tertinggi, contohnya: endospora bakteri.
2.   Resistensi sedang,contohnya: cyst protozoa, spora seksual fungi (zygospora), beberapa virus (virus tanpa kapsul lebih resisten dari pada virus berkapsul, virus paling resisten adalah hepatitis B dan poliovirus), beberapa sel vegetatif baketri (sel paling resisten adalah Mycobacterium tuberculosis, Staphylococcus aureus, dan spesies Pseudomonas).
3.   Resistensi rendah,contohnya: sebagian besar sel vegetatif  bakteri, hifa atau spora fungi umum, virus, yeast dan tropozoit.

B. Perkembangan Metode-Metode Baru Untuk Sterilisasi.
Perkembangan produk-produk baru kadang-kadang mengisyaratkan perkembangan metode-metode baru untuk sterilisasinya. Misalnya, alat-alat kedokteran yang terbuat dari plastik tidak dapat disterilkan dengan autoklaf tanpa merusaknya sehingga dikembangkan peralatan komersial yang menggunakan etilenokside. Bahan-bahan kimia baru masih terus-menerus disintesisi dan dievaluasi kemampuan antimikrobialnya dengan harapan dapat menemukan bahan-bahan antimikrobe yang lebih efektif.

C. Teknik Sterilisasi.
Secara keseluruhan pembagian sterilisasi dapat dilihat pada bagan berikut:
                   
Berikut adalah penjabaran klasifikasi sterilisasi yang umum dipakai di laboratorium.:

1.   Pemanasan   

                    Dampak pemanasan terhadap kematian mikroorganisme sangat tergantung kepada suhu dan lama waktu sterilisasi. Panas menyebabkan enzim-enzim berhenti bekerja dan sel dapat kekurangan air. Menurut Barrow dan Feltham (1993:12-13) endospora bakteri lebih tahan panas daripada sel vegetatif, tetapi semua bentuk endospora tidak memiliki ketahanan yang sama persis terhadap panas. Misalnya endospora B.subtilis dapat dimatikan dengan pemanasan 100°C dalam waktu pendek, sedangkan endospora B.stearothermophilus dapat bertahan dalam air mendidih berjam-jam.

a)   Dengan api langsung
Pemijaran dapat langsung membunuh mikroorganisme (termasuk endospora) yang disterilkan dengan cara membakar mikroorganisme sehingga cara ini adalah cara paling cepat. Namun kekurangannya adalah sangat terbatasnya cakupan alat yang disterilisasi menggunakan pemijaran dan ketidakpraktisan dalam mensterilisasi alat berukuran besar. Alat yang dipakai untuk sterilisasi dengan api yaitu:

1)      Bunsen burner, loop incinerator dan pembakar spirtus

Bunsen burner dan pembakar spirtus digunakan untuk sterilisasi alat inokulasi dengan pembakaran seperti sterilisasi jarum inokulum atau spreader. Untuk memastikan kesterilannya jarum inokulum dibakar sampai membara dan spreader dapat dicelupkan alkohol lalu dibakar. Bunsen burner berbahan bakar gas yang disalurkan melalui pipa sedangkan pembakar spirtus berbahan bakar spirtus (methanol). Namun pembakar spirtus lebih mudah ditemukan di banyak laboratorium karena efisien dan portable. Tersedia juga alat loop incinerator / electric bunsen burner / electric incinerator untuk membakar jarum inokulum. Ujung jarum inokulum dapat dimasukkan ke dalam tabung keramik panas (815oC) selama 6 detik untuk mensterilisasinya. Pembakar spirtus dapat menciptakan sirkulasi udara dari bawah ke atas melewati api karena proses pembakaran. Seringkali hal ini dianggap mampu menciptakan lingkungan udara yang aseptis disekitar pembakar spirtus, tetapi jika memang load kontaminasi besar dan banyak gangguan aliran udara maka hal ini juga tidak sepenuhnya benar. Oleh karena itu sebaiknya tetap menggunakan LAF jika menginginkan kerja pada udara yang steril.Bunsen burner dapat menimbulkan api dan aliran udara yang besar. Penggunaan pembakar spirtus atau bunsen burner tidak disarankan dalam protective cabinet. Namun jika terpaksa diperlukan maka api diatur menjadi kecil sehingga tidak mengganggu aliran udara (ISO7128 2007:8).

2)      Gas torch

      Gas torch atau pembakar api portabel berbahan bakar gas sangat berguna saat dilakukan  pengambilan sampel diluar laboratorium. Fungsinya adalah untuk mensterilisasi sample point yang dapat berupa kran, pipa atau yang lainnya sebelum pengambilan sampel dilakukan. Selain itu dapat digunakan untuk sterilsasi dengan api pada berbagai alat karena gas torch lebih nyaman digenggam dibandingkan pembakar bunsen atau pembakar spirtus.

b)  Panas kering

Mikroorganisme akan mengalami kekeringan jika dipaparkan pada suhu tinggi dan akibatnya sel akan lisis dan mati. Kekurangan sterilisasi panas kering yaitu masih bertahannya endospora bakteri. Alat yang dipakai untuk sterilisasi panas kering yaitu:

1)      Oven
      Oven adalah suatu wadah yang mampu menjaga suhu pada 160-170°C. Umumnya alat-alat yang disterilisasi dengan oven adalah alat gelas seperti cawan atau pipet ukur dan bukan untuk alat plastik atau karet. Sterilisasi dapat dilakukan pada suhu 170oC selama 1 jam. Waktu sterilisasi dihitung setelah oven mencapai suhu yang diinginkan. Oven yang baik memiliki termostat dan termometer atau alat perekam temperatur, dan juga dilengkapi indikator waktu dan pemprograman waktu. Setelah disterilisasi peralatan gelas sebaiknya didinginkan pada oven untuk mencegah keretakan karena penurunan suhu mendadak. Untuk pengecekan kinerja oven (verifikasi) dapat dilakukan dengan pengujian kehomogenan temperatur di seluruh sudut oven pada pemakaian pertama atau setelah adanya perbaikan. Verifikasi ini dilakukan dengan termometer terkalibrasi (ISO7128 2007:17-18). Berbeda sedikit dengan peraturan ISO, Collins et al. (2004:46) menyatakan bahwa sterilisasi panas kering dilakukan pada suhu 160oC selama 2 jam atau 180oC selama 30 menit dengan waktu pemanasan (heating-up) selama 1 jam dan waktu penurunan suhu (cooling down) selama 2 jam. Oven dan inkubator memiliki perbedaan mendasar yaitu oven dilengkapi dengan lubang pengeluaran uap air dan umumnya tidak memiliki tutup kaca. Oleh karena itu penggunaan oven sebagai inkubator (walaupun oven dapat menjaga suhu yang diinginkan) akan mempercepat kehilangan air pada media. Peletakan alat-alat pada oven sebaiknya memperhatikan distribusi panas yang dihasilkan elemen. Disarankan untuk menghindari loading yang terlalu banyak dan penempatan tanpa jeda sehingga mampu mengurangi penetrasi panas. Semua alat sebaiknya dibungkus dengan bahan yang tidak mudah meleleh terkena panas seperti kertas sampul (kraft paper) bukan dengan plastik.

2)   Microwave oven

      Microwave oven adalah alat yang mampu memanaskan dengan gelombang mikro pada tekanan atmosfer. Penggunaan alat ini selain untuk sterilisasi peralatan gelas dapat juga untuk memanaskan bahan cair atau mencairkan agar. Distribusi gelombang mikro sebaiknya harus homogen untuk mencegah adanya area overheating. Pemanasan dengan waktu lebih lama dengan pengaturan power rating yang rendah atau alat yang dilengkapi pemutar otomatis akan menghasilkan distribusi panas yang lebih baik. Jangan menggunakan peralatan metal (termasuk tutup yang terbuat dari besi), jika terdapat bahan ini maka dilepaskan terlebih dahulu sebelum disterilisasi. Media yang mengandung bahan tidak tahan panas sebaiknya jangan dipanaskan menggunakan alat ini kecuali jika telah terverifikasi dan terbukti dengan baik. Sebaiknya microwave oven tidak untuk sterilisasi media, sterilisasi media tetap menggunakan autoklaf. Stelah pemanasan menggunakan alat ini disarankan juga untuk didiamkan selama 5 menit sebelum dikeluarkan (ISO7128 2007:17-18)

c)   Uap air panas

Cara uap air panas membunuh mikroorganisme adalah bukan dengan mengeringkannya tetapi dengan menonaktifkan enzim-enzimnya sehingga metabolisme berhenti bekerja. alat-alat yang menggunakan cara ini untuk sterilisasi antara lain:
 
1)      Steamers dan boiling water baths

Steamers dan boiling water baths adalah semua alat yang terdiri dari suatu wadah untuk menampung air yang memiliki elemen pemanas dan bertutup (closefitting lid). Uap air yang dihasilkan alat ini berada pada tekanan atmosfer. Boiling waterbath mampu memanaskan air sampai atau hamper mendekati titik didih dengan atau tanpa menghasilkan uap air. Penggunaan umum alat ini adalah untuk mencairkan media agar atau membuat media tidak tahan panas dan tekanan. Hal yang perlu dipastikan saat pengoperasiannya adalah penjagaan batas air minimal sesuai manual sehingga menutupi elemen pemanas (ISO7128 2007:16). Menurut ISO 11133-1 (2009:8) pencairan kembali media agar steril dapat dilakukan pada waterbath suhu 47-50 °C. Media di angkat segera setelah semuanya mencair dan digunakan tidak melebihi waktu simpan 4 jam. Steaming (tyndallization) yang dikembangkan oleh John Tyndall adalah istilah untuk cara sterilisasi dengan uap air panas yang dapat mencapai suhu 100°C pada wadah tanpa tekanan. Sterilisasi menggunakan uap air panas dapat dilakukan sekali atau tiga kali (tahap) dengan hari yang berlainan dengan memanaskannya pada 80 °C selama satu jam (Barrow dan Feltham 1993:14). Sedangkan menurut Hogg (2005:341) tindalisasi dilakukan pada suhu 90-100 °C selama 30 menit secara bertahap 3 kali. Selama jeda tahapan media diinkubasi pada 37°C semalam. Pemanasan tiga tahap dimaksudkan untuk memberi kesempatan endospora untuk berkecambah sehingga akan mati pada tahap pemanasan selanjutnya.
Pasteurisasi adalah proses yang hampir sama namun lebih tepat digunakan untuk susu dan produk susu. Pasteurisasi tidak membunuh semua mikroba yang terdapat pada susu namun menguranginya sehingga akan lebih tahan lama disimpan.       Bakteri thermoduric memiliki kemungkinan bertahan hidup lebih besar saat pasteurisasi. Pasteurisasi terdapat dua cara yaitu metode lama (yang dikembangkan oleh Louis Pasteur), dengan memanaskan susu pada 63 C selama 30 menit atau dengan flash pasteurisasi (HTST-High Temperature Short-Term) yaitu pemanasan cepat pada 72oC selama 15 detik kemudian didinginkan dengan cepat (Prescot  et al. 2002:142). Berikut merupakan tabel perkiraan ketahanan mikroorganisme terhadap sterilisasi dengan uap air panas:
Organisme    Sel vegetatif    Spora
Ragi    5 menit pada 50-60 oC    5 menit pada 70-80 oC
Kapang    30 menit pada 62 oC    3 menit pada 80 oC
Bakteri (mesofilik)    10 menit pada 60-70 oC    2 - >800 menit pada 100 oC
Virus    30 menit pada 60 oC    0,5-12 menit pada 121 oC
(Prescott et al. 2002:140)       

d)  Uap air panas bertekanan

Uap air panas bertekanan lebih efisien dan penetratif dalam membunuh mikroorganisme. Tekanan yang paling efisien yaitu 103 kpa (15 psi) selama 15 menit yang dapat dilakukan oleh autoklaf.

1)      Autoklaf (Autoclave)

Menurut Morello et al. (2003:81) tekanan yang digunakan untuk sterilisasi pada umumnya 15 Psi atau sekitar 1 atm dan dengan suhu 121oC (250oF). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan adalah 15 menit pada suhu 121oC. Dengan syarat suhu, tekanan dan waktu tersebut maka segala bentuk mikroorganisme dapat dimatikan. Autoklaf menggunakan uap air murni (lebih ringan dan lebih panas dari udara) untuk sterilisasi sehingga udara yang terdapat dalam wadah harus dikeluarkan.
Cara menggunakan Autoklaf:

a.    Isi air dalam autoklaf kurang lebih 2 cm dibawah keranjang atau 3-5 liter air.
b.    Pastikan alat yang akan disterilkan dapat terkena uap dalam autoklaf.
c.    Tutup rapat autoklaf dan atur lama waktunya, sekitar 20 menit dan tekanan 1 atm.
d.    Pastikan tabung exhaust terbuka sedangkan tabung drainnya tertutup.
e.    Setelah uapnya keluar atau terdengar bunyi mendesis, segera tutup tabung exhaustnya.
f.   Saat alarm berbunyi yang menandakan bahwa sterilisasi telah selesai, jangan langsung membuka 
tutup autoklaf, tetapi tunggu hingga jarum tekanan menunjukkan angka 0.
Hal yang sering keliru adalah dengan menutup semua katup rapat-rapat sebelum udara dalam wadah digantikan oleh uap air.Adanya udara dalam wadah saat sterilisasi dapat mengakibatkan kurang efisiennya sterilisasi. Autoklaf hanya dapat mencapai suhu maksimal pada kondisi uap air murni. Grafik berikut menggambarkan penurunan suhu jika terdapat campuran udara pada wadah autoklaf saat sterilisasi. (Hardy, S.P. 2002 Human Microbiology, Taylor and Francis dalam Hogg, 2005:341).
Autoklaf sebaiknya dilengkapi dengan:

1.    Paling tidak memiliki satu katup pengaman
2.    Alat pengatur yang mampu menjaga suhu dengan kisaran ± 3 °C dari temperatur yang diinginkan.
3.    Probe suhu.
4.    Alat pencatat waktu dan suhu dan
5.    Saluran pembuang   

Sebagian besar media sangat terpengaruh oleh pemanasan yang berlebihan, tetapi sterilisasi menggunakan autoklaf adalah cara yang paling memuaskan untuk sterilisasi media atau bahan yang tahan panas lebih dari 100oC.  Kombinasi waktu dan tekanan untuk sterilisasi media umumnya  menggunakan suhu 115 °C (0.69 kg/cm2) selama 20 menit atau 121 °C (1.06 kg/cm2) selama 15 menit. Penetrasi suhu dan tekanan akan semakin menurun pada volume yang besar. Oleh karena itu jika mensterilisasi cairan melebihi 1L disarankan untuk melebihkan waktu sterilisasi. Wadah seperti tabung, erlenmeyer, botol sebaiknya diberi ruang kosong (head space) antara mulut wadah dengan batas cairan. Setelah selesai sterilisasi sebaiknya alat dan bahan dibiarkan dingin sampai 80oC di dalam autoklaf sebelum diangkat (Barrow dan Feltham, 1993:14).
Autoklaf juga digunakan untuk dekontaminasi. Dekontaminasi adalah sterilisasi terhadap semua biakan hasil analisa atau yang telah tumbuh pada media. ISO7128 (2007:29) menyatakan bahwa untuk tujuan ini proses sterilisasi diperpanjang waktunya menjadi minimal 30 menit pada 121°C. Sedangkan menurut Barrow dan Feltham (1993:13) dekontaminasi dapat dilakukan selama 20 menit pada 121 °C (1.06 kgf/cm2) atau 10 menit pada 126 °C (1.41 kgf/cm2).Lebih baik dekontaminasi menggunakan autoklaf yang berlainan dengan yang digunakan untuk sterilisasi. Sebaiknya proses penataan dan penyusunan tidak overpacking dan semua tutup harus dilonggarkan. Setiap selesai dekontaminasi autoklaf harus dibersihkan dari sisa media dan bahan lain secara menyeluruh.
Collins et al. (2004:46-48) berpendapat bahwa secara umum terdapat dua jenis autoklaf yaitu :

i)    Pressure cooker autoclave
Alat ini memiliki wadah dan tutup (terbuat dari metal yang dapat disatukan dan dikunci dengan perantara bahan karet), katup pengeluaran udara/uap air, pengukur tekanan, elemen pemanas (atau api) pada bagian bawah dan katup pengaman. Perbedaan mendasar antara alat ini dengan autoklaf modern adalah tidak adanya pengatur otomatis sehingga perhitungan waktu sterilisasi atau pengeluaran udara dilakukan secara manual. Katup pengaman secara permanen diatur pada tekanan yang diinginkan sehingga jika tekanan melebihi target, maka akan dibuang melewati katup ini.

ii)     Gravity displacement autoclave
Autoklaf ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan tekanan otomatis dan seluruh proses sterilisasi telah diprogram. Jaket yang terdapat melingkupi seluruh wadah dapat diisi uap air untuk menjaga dan mendistribusikan panas ke semua permukaan wadah. Uap air memasuki jaket dari pipa suplai uap bertekanan tinggi. Tekanan uap air ini kemudian dikurangi kedalam kisaran tekanan yang diinginkan. Setelah melewati jaket uap air bertekanan memasuki wadah autoklaf yang berisi alat dan bahan yang akan disterilisasi. Uap air bertekanan ini memasuki wadah dengan aliran dari atas ke bawah sehingga menggantikan udara yang ada didalamnya. Udara tergantikan dengan bantuan gravitasi (uap air lebih ringan dari udara) kemudian dibuang meleati pipa di bagian bawah wadah menuju pipa pembuangan. Pada pipa ini terdapat alat pengatur uap air yang secara otomatis aka tertutup jika udara telah dikeluarkan seluruhnya. Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba penguji yang bersifat thermofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Penggunaan bakteri thermofilik ditujukan untuk memperbesar kemungkinan resistennya terhadap sterilisasi karena bakteri tersebut mengandung enzim yang tetap bekerja pada suhu tinggi. Untuk mengujinya spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan mengalami proses sterilisasi. Setelah proses selesai lalu ditumbuhkan pada inkubator (56oC) bersamaan dengan spore strip yang tidak disterilisasi. Jika media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik. Selain memakai biological indikator diatas monitoring autoklaf dapat juga menggunakan Bowie-Dick autoclave tape, yaitu tape yang dilapisi suatu bahan kimia untuk mendeteksi penetrasi uap air bertekanan. Perubahan warna terjadi jika sterilisasi berlangsung sesuai target. Uap air bertekanan yang dipaksakan masuk kedalam botol yang tertutup rapat (tapi terdapat celah kecil dan tekanan masih dapat masuk) dapat menjadi musibah. Pada waktu sterilisasi sudah berlangsung dan suhu wadah autoklaf turun menjadi 80oC dan tekanan telah turun menjadi sama dengan tekanan atmosfer, di dalam botol yang tertutup rapat masih memiliki tekanan diatas tekanan luar dan juga suhu cairan lebih tinggi dari pada suhu wadah autoklaf. Jika botol dipaksakan keluar wadah (tanpa adanya waktu cooling down) dan terjadi perbedaan tekanan yang signifikan, botol dimungkinkan dapat meledak dan menumpahkan cairan panas ke operator. Sangat disarankan operator memakai sarung tangan dan pelindung muka (full-face visor) demi keamanan.
Sterilisasi dengan autoklaf memiliki keuntungan sebagai berikut, efektif untuk sebagian besar mikroorganisme. Cepat sterilisasinya, panas dan tekanan menghemat waktu sterilisasi. Tidak menyebabkan kekeringan atau gosong untuk media cair atau gel, lebih efisien dari pada oven. Sedang kelemahannya adalah bahan atau alat harus dibungkus dengan kertas agar tidak basah, karena kertas yang digunakan akan cepat mongering pada suhu kamar. Harus memperhatikan tekanan agar tidak “over pressure” sehingga bida meledak. Tidak dapat mensterilkan bahan yang harus selalu kering, dimana mikrobia yang ada didalamnya tidak dapat ditembus oleh uap dan tetap bertahan hidup. Bahan hasil sterilisasi 
harus dikeringkan lagi sebelum digunakan agar tidak basah dan mudah terkontaminasi.

e)      Sterilisasi dengan penyaringan
1)      Sinar ultra violet (UV)
Sinar UV dapat membunuh mikroba patogen, spora, virus, jamur, serta ragi. Sinar UV dapat bekerja efektif jika langsung disinari pada bahan yang akan disterilkan.
2)      Dengan sinar gamma
Digunakan isotop radioaktif, misalnya Co (kobalt 60). Keuntungan yang akan di sterilkan adalah dapat disterilkan oleh wadah/kemasan.
3)      Dengan sinar X dan sinar katoda
Sinar X dan elektron – elektronnya dengan intensitas tinggi mempunyai sifat mematikan bakteri.
Bahan yang tidak panas seperti serum, darah, toksin, dll disterilkan dengan menggunakan penyaring bakteri seperti:
1)   Berkefeld filter à penyaringan bakteri yang terbuat dari tanah diatome
2)   Chamderland filter à penyaringan bakteri porseli
3)   Gertz filter à penyaringan bakteri dari bahan asbes

f)       Sterilisasi dengan penambahan zat-zat kimia
Cara ini tidak begitu efektif bila dibandingkan dengan cara pemanasan keringdan dipergunakan pada bahan-bahan yang tidak tahan pemanasan atau cara lain tidak bisa dilaksanakan karena keadaan, yaitu:
a.    Gas : Ozon, formaldehyde, ethylene oxide gas
b.    Larutan : deterjen, yodium, alcohol, peroksida fenol, formalin, AgNO3 dan merkuroklorid
Sterilisasi dengan cara kimia antara lain dengan disenfektan. Daya kerja antimikroba disenfektan ditentukan oleh konsenntrasi, waktu dan suhu. Beberapa contoh desinfektan yang digunakan antara lain : Desinfektan lingkungan misalnya:
a.    Untuk permukaan meja : lisol 5%, formalin 4% dan alcohol.
b.    Untuk di udara : natrium hipoklorit 1%, lisol 5% atau senyawa fenol lain
c.     Desinfektan kulit atau luka : dicuci denngan air sabun, providon yodium dan etil alkohol 70%.

g)      Sterilisasi dengan filtrasi

Cara ini digunakan untuk udara atau bahan-bahan berbentuk cairan. Filtrasi udara disebut HEPA (Hight Efficiency Paticulate Air). Tujuannya adalah untuk filtrasi cairan secara luas hanya digunakan dalam produksi obat-obatan atau pada sistem irigasi dalam ruang operasi, maupun dalam perawatan medik lainnya yang membutuhkan adanya cairan steril. Jenis filternya yang penting ialah pori-porinya harus lebih kecil dari jenis kuman. Pori-pori filter ukurannya minimal 0,22 micron.

h)     Tyndallisasi
Metode ini berupa mendidihkan medium dengan uap beberapa menit saja. Karena metode ini untuk mensterilkan medium atau alat yang tidak tahan dengan suhu tinggi. Dengan suhu 100o C selama 30 menit dalam 3 hari berturut-turut. Sehingga dapat dihasilkan medium yang steril dan zat-zat organik yang terkandung di dalamnya tidak mengalami banyak perubahan.

i)        Pasteurisasi
Pasteurisasi bukan suatu bentuk sterilisasi, tetapi metode untuk membinasakan organisme penyebab penyakit. Kita dapat membinasakan organisme tersebut dengan cara dipanaskan dengan suhu tinggi sekitar 60-80oC selama satu jam dan 3 hari berturut-turut.

j)       Pembakaran
Metode pembakaran digunakan untuk memusnahkan bangkai, hewan-hewan penelitian yang terinfeksi, dan bahan terinfeksi lainnya yang perlu dibuang. Pemusnahan mikroorganisme dengan pembakaran juga dilakukan secara rutin di laboratorium terhadap jarum pindah, yang dipijarkan di atas pembakar bunsen. Pembakaran sangat efektif untuk metode sterilisasi.

k)     Sterilisasi panas lembab
Uap di bawah tekanan adalah agen sterilisasi yang paling efisien dan cara utama yang digunakan untuk mensterilkan pembalut peralatan, media dan barang-barang terkontaminasi untuk pembedahan. Suhu sterilisasi bergantung kepada tekanan uap. Biasanya suhu uap adalah 121oC, pada tekanan 15 pon setiap inchi persegi ( 1,05 Kg/cm2 ), selama 20 menit, atmosfer harus bebas udara dan hanya mengandung uap. Kondisi demikian ini dipenuhi dalam autoklaf. Penggunaan autoklaf yang tidak benar biasanya disebabkan oleh satu dari dua kesalahan.yaitu : kelalaian untuk mengeluarkan semua udara sebelum menutup katup buangan dan membebani autoklaf secara berlebihan atau pengemasan yang tidak benar.

2.4.      Jenis Peralatan Kesehatan Yang Dapat Disterilkan.

            Jenis Peralatan kesehatan yang dapat disterilkan antara lain yaitu :
1.      Peralatan kesehatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting, speculum dan lain-lain.
2.      Peralatan kesehatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabung kimia dan lain-lain.
3.      Peralatan kesehatan yang terbuat dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan, pipa penduga lambung, drain dan lain-lain.
4.      Peralatan kesehatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule rectum, kanule trachea dan lain-lain.
5.      Peralatan kesehatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok (nierbekken), baskom dan lain-lain.
6.      Peralatan kesehatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir, piring dan lain-lain.
7.      Peralatan kesehatan yang terbuat dari plastik, misalnya slang i8nfus dan lain-lain.
8.      Peralatan kesehatan yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, tampon, doek operasi, baju, sprei, sarung bantal dan lain-lain.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1.    Untuk membersihkan / membebaskan suatu alat dan bahan yang akan digunakan dari mikroba patogen maupun apatogen, baik dalam bentuk vegatif maupun spora.
2.    Untuk memahami berbagai proses sterilisasi.
3.    Untuk memahami pengaruh pemanasan terhadap pembunuhan bakteri.
4.    Sterilisasi dengan kimiawi dapat dilakukan dengan bahan klor, alkohol, yodium, formaldehida 8 %, glutaraldehide dan lain-lain.
5.    Alat-alat Sterilisasi : Oven, Autoclaf, Lampu spiritus,dll.

B.  Saran
Sebelum melakukan sterilisasi dengan kimiawi perlu dikaji terlebih dahulu benda yang akan di sterilisasi. Setelah itu pilih bahan yang efektif sesuai dengan tujuan sterilisasi. Saat memegang alat sebaiknya praktikan menggunakan handspon, agar dipastikan alat benar-benar steril.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, S. 1994. Sterilisasi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Suharto, 1995. Bioteknologi dalam Dunia Industri. Andi Offset. Yogyakarta.

Santoso, U 2002. Kultur Jaringan Tanaman. Umm-Press, Jakarta.

Yalun, 2009. Teknik-Teknik Sterilisasi Bagian I Cairan Dan Padatan

Budhiyanto, 2012. Pengertian Sterilisasi Dan Macam

JIka Sobat ingin mendapatkan semua makalah yang ada di website ini secara gratis siilahkan klik tombol Subscribe yang ada dibawah ini, dan Perlu diketahui Setelah Sobat Mendaftarkan Email Jangan Lupa Konfirmasi Link yang di Kirim Ke Email Agar Pemberitahuannya Aktif:

0 Response to "MAKALAH PENGGUNAAN ANTISEPTIK dan DISENFEKTAN DALAM PRAKTEK KEBIDANAN, TEKNIK DEKONTAMINASI, CLEANING,DESINFEKSI,STERILISASI DALAM PRAKTEK KEBIDANAN"

Post a Comment